Untold Story

15.9K 1.9K 204
                                    

Untold Story : Kisah Yang Tak Diceritakan
👨‍👩‍👧‍👦

Untold Story : Kisah Yang Tak Diceritakan👨‍👩‍👧‍👦

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Love You That Much

Happy reading 💖

****

Sudah lewat dua hari sejak aku bicara dengan Kennard malam itu. Masih aja aku nggak berani ngobrol sama Bunda. Pagi tadi, Bunda juga nggak bilang apa-apa saat kami sarapan. Sekarang aku melangkah takut-takut ke arah kamar Bunda yang setengah terbuka. Dengan jantung yang berdetak kencang, aku mengetuk pintu—padahal selama ini aku langsung masuk.

Kepalaku melongok ke dalam. "Nda," panggilku lirih.

Melihat Bunda berdiri dekat jendela, aku masuk saja dengan langkah pelan. Setelah di dalam kamar, aku menarik napas panjang dan mengembuskannya. Semoga Bunda nggak usir aku dari kamar.

"Bunda melahirkan Kennard saat seusia kamu," tuturnya dengan tiba-tiba.

Mataku melebar dan satu tanganku menutup mulut sendiri. Bunda melahirkan di usiaku yang sekarang? Aku kan masih kecil.

Bunda menoleh ke arahku lalu berjalan ke arah ranjang. Bunda duduk di tepi ranjang tanpa melepas pandangan ke arahku. "Bunda hamil di luar nikah—" Suara Bunda tercekat, "—dengan teman sekelas Bunda sendiri."

Aku nggak tahu harus bereaksi gimana. Kedua kaki ini seakan jadi patung dan nggak mau bergerak sama sekali. Bulu kudukku merinding saat Bunda tertunduk dan mulai menangis.

"Satu kesalahan itu mengubah hidup Bunda. Dia ... orangtuanya nggak ada yang mau bertanggung jawab. Mereka bahkan menghina orangtua Bunda dan menyebut Bunda ... murahan."

Bunda larut dalam tangisnya. Berat sekali langkah ini melangkah maju. Satu langkah maju dan aku kembali berdiri terpaku.

"Bunda melahirkan Kennard dan nggak mau mengasuhnya. Setelah melahirkan, Bunda sekolah dan bekerja di luar negeri, ikut paman Bunda. Nggak ada rasa benci sama Kennard. Justru Bunda ngerasa salah karena dia harus lahir tanpa ayah."

Tangis Bunda semakin keras. Aku sendiri merasakan sesak di dada. Hatiku teriris pedih saat membayangkan kondisi Bundaa ketika seusiaku. Dia mengandung dan melahirkan tanpa pendamping. Pasti teman-temannya pada jahatin Bunda. Bunda pasti kangen kedua orangtuanya saat di luar negeri. Aku kembali mengatur napas, tetapi yang keluar justru air mata yang membanjiri pipi. Aku melangkah lagi meski cara jalanku seperti robot. Aku bingung dengan fakta yang Bunda sampaikan. Melihat Bunda menangis seperti itu, aku takut karena pasti Bunda merasa kesakitan di hatinya.

"Bunda memang punya anak, tapi nggak tau cara ngurus anak. Awalnya Bunda menolak lamaran papa kamu karena Bunda ngerasa nggak pantes jadi ibu buat kamu. Bunda setuju saat Hindra membawa kamu buat ketemu Bunda di mall siang itu."

Aku menangis keras dan berlari ke arah wanita hamil itu. Kedua tanganku memeluknya erat. Kamar ini berisik oleh suara tangis kami berdua.

Tangan Bunda membelai rambutku. "Bunda perlakukan kamu dengan tegas biar pahit yang Bunda rasakan dulu, nggak pernah menyentuh kamu. Dulu masa remaja Bunda terganggu, sekarang Bunda nggak mau sekolah kamu terganggu. Kamu mau dance? Bunda bakal cariin universitas biar kamu bisa ambil jurusan tari. Biar kamu beneran fokus. Bukan sekedar selingan begini."

KENNARD - Living with the Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang