Watching Over You

14.7K 1.9K 53
                                    

Jika kalian vote dan komentar-komentar, aku dapet notifnya. Itu membangkitkan semangat menulisku. Sudah vote, boleh baca ulang dan kasih komentar yang banyak, ya.

Makasih temen semua yang udah ngikutin cerita Kennard - Livia.

Happy reading!

❤❤❤

Setelah Bunda dan Papa pulang dari Singapura, Kennard memang nggak mengadu tentang SDB. Tapi, Kennard bilang ke Bunda kalau aku suka nge-dance dan minta Bunda biar izinin aku ikut ekskul dance di sekolah. Alasannya, biar aku ada kerjaan dan nggak main-main kalau nggak ada les. Nggak salah?! Aku les bahasa Inggris dan Matematika. Sementara Kennard, nggak pernah ikut les apa pun.

Karena Bunda kasih izin, hari ini aku menemui Bu Fatin—guru kesenian yang juga mengurus ekskul dance. Bu Fatin bilang, grup dancer di sekolahku juga butuh personel baru. Aku disuruh ketemu Melisa yang jadi ketua grup. Saat ini aku di aula dan ada beberapa siswi sedang berlatih gerakan tari. Aku mendekati salah satu siswi yang nggak sibuk.

"Hey, aku mau nyari Kak Melisa ...." Kalimatku terputus saat siswi itu berbalik badan. Dia menatapku dengan tatapan meremehkan, sedangkan aku harus menahan emosi saat menatap wajah Winda lagi.

"Ngapain lo di sini?"

"Mau cari Kak Melisa," jawabku sesantai mungkin. Aku nggak boleh terlalu cemburu karena Winda sekarang dekat dengan Kaylo. Padahal itu nyakitin hati aku!

Winda bersedekap. "Ngapain lo nyari dia?"

"Kan, bukan urusan kamu," balasku tak suka. Dasar anak kepo!

"Ye ... nyolot. Ya, udah. Nggak gue kasih tau," ucap Winda dengan angkuh.

"Biar. Aku mau cari sendiri," balasku dengan percaya diri.

Saat akan melangkah, Winda justru menghadang dan mendorongku kuat-kuat sampai aku hampir jatuh ke belakang. Napasku memburu karena marah dengan perlakuannya. Winda sendiri menatapku dengan aura permusuhan.

"Kenapa dorong-dorong, sih?!" Bentakanku mencuri perhatian beberapa siswi di sini.

"Lo, tuh, nggak boleh seenaknya masuk aula pas anak-anak lagi latihan!" tutur Winda dengan nada kasar.

"Aku mau cari Kak Melisa. Nggak ada hubungannya sama kamu."

"Jelas ada, lah," balas Winda dengan nada menantang.

Saat aku akan membalas lagi, seorang siswi berambut panjang datang dan berdiri di dekat Winda. "Eh, jangan nyari ribut, dong."

"Aku nggak nyari ribut, kok. Mau cari Melisa."

"Gue Melisa. Kenapa?" tanya cewek berambut panjang itu.

"Eh, maaf, Kak. Aku ... mau ikut dance," tuturku jujur.

Winda tertawa seperti mengejek. "Lo? Nggak ada lowongan."

"Kata Bu Fatin ada," tekanku pada Winda. Kini aku melihat ke arah Melisa. "Aku disuruh ketemu Kak Melisa buat nanya gimana ngisi formulir persetujuan orangtua."

Melisa menilaiku dari atas sampai bawah. "Lo bisa nge-dance?"

Aku mengangguk. "Bisa, Kak."

"Apa?"

"Modern dance. Paling bisa di hip hop. Aku juga nge-dance s—" aku nggak mungkin ngaku street dance, "—shuffle. Ya ..., shuffle."

"Coba gue mau liat," perintah Melisa.

Aku melihat sekitarku di mana beberapa siswi sudah memandangku. Mataku menatap Melisa. "Sekarang?"

KENNARD - Living with the Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang