"Sudah sembuh, anak penyakitan?" ucap Sarah yang tiba-tiba memasuki kamar Aura dan itu membuatnya kaget.
"Padahal sudah senang banget gak harus keluarin uang buat berobat, tau nya masih harus ngelanjut. Bikin repot aja. Apa gak kasian sama Suami saya? harus nanggung anak penyakitan kayak kamu!" ucap Sarah yang membuat hati Aura benar-benar seperti di remuk hancur.
'Bukannya Suami tante itu Papa saya?' batin Aura.
'Sabar ra. Ingat, Abang Athan lagi berusaha.' batin Aura lagi.
"Kenapa diam aja? benar kan?" ucap Sarah yang berusaha Aura abaikan.
"Tante ada apa kesini? Maaf Aura tadi gak bisa mendengar, gak tau ini kenapa, kuping Aura juga sedikit bermasalah kayaknya. Maklum ya Tante, anak penyakitan." ucap Aura lembut.
"Anak ini!" Sarah kesal dengan perkataan Aura, karena ia tau bahwa itu semua hanya akal-akalan Aura saja yang mencoba mengusirnya secara halus.
"Raa...?" panggil Fathan.
"Iya Bang." jawab Aura sambil berdiri untuk mendatangi Fathan, namun mereka bertemu di pintu kamar Aura, karena Fathan juga mendatangi Aura ke kamarnya.
"Sholat Maghrib? Abang Imamin." ucap Fathan yang di angguki dengan semangat oleh Aura.
"Tante Sarah? Ngapain disini?" ucap Fathan saat melihat Sarah yang berada di kamar Aura.
"Cuma ngecek keadaan adek lo yang penyakitan." jawab Sarah.
"Oh Terima Kasih Tante atas perhatiannya. Mau ikut Sholat Maghrib?" tanya Fathan dengan lembut tapi masih terkesan cuek.
"Gak. Gue gak perlu apa apa lagi yang mau di minta. Jadi gak perlu. Lo aja berdoa biar di kasih kesembuhan buat Adek lo. Biar gak ngabisin uang suami gue." ucap Sarah sambil meninggalkan kamar Aura.
"Gak perlu di dengarin yang kayak gitu Ra." ucap Fathan saat melihat Aura yang terdiam mendengar perkataan Sarah.
"Iya Bang." jawab Aura pelan.
"Abang sedang berusaha. Hanya tunggu waktu yang tepat buat bongkar ini semua Ra. Kamu sabar sedikit lagi ya?" ucap Fathan sambil mengelus kepala Aura lembut.
"Iya Bang.." jawab Aura sambil memeluk Fathan dan menangis tanpa suara.
"Ingat, berusaha sedikit lagi." ucap Fathan lagi yang di angguki saja oleh Aura.
'Benar Le, bukan hanya untuk Aiza gue berubah. Gue harus jadi lebih baik dengan hati yang tulus, hanya untuk Allah, dan terus percaya kepada-Nya. Karena banyak orang yang harus gue buat bahagia, gak cuma Aiza, dan dengan gue berubah karena niat tulus gue, InsyaAllah, Allah selalu membantu.' batin Fathan.
"Ya sudah, Ayok Sholat." ucap Fathan sambil menghapus Air mata yang ada di pipi Aura. Aura yang di perlakukan seperti itu hanya tersenyum manis dan menganggukkan kepalanya.
***
"Dua hari lagi Papa ulang tahun, di rayakan?" tanya Sarah pada Fahri di ruang keluarga. Di waktu mereka selesai dengan aktivitas makan malamnya.
"Papa gak perlu di rayakan, hanya dengan ngumpul bersama saja, sudah senang." ucap Fahri sambil menatap Fathan dan Aura yang sedang mengaji dengan suara kecilnya.
"Coba kamu liat, Fathan dan Aura sekarang benar-benar membuat saya senang." ucap Fahri melanjutkan dan itu membuat Sarah kesal.
"Pokoknya di rayakan. Nanti biar Aku yang urus semuanya." ucap Sarah tidak mempedulikan perkataan Fahri tadi.
"Iya sudah terserah kamu. Saya mau kesana dulu, ngeliat anak-anak ngaji." ucap Fahri sambil meninggalkan Sarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Saya Menyimpan Rasa
Teen FictionYa Allah, apakah saya berdosa menyimpan rasa? Apakah berdosa melihat senyum manis yang terkesan dingin, namun selalu menarik perhatian? Jujur saja, saya sangat takut dengan perasaan ini. Saya takut, perasaan ini membawa saya jauh akan surga-Mu. - Ai...