"Aiza." panggil Fathan yang saat ini jalan di belakang Aiza. Iya, mereka sudah selesai dalam urusan mendaftarkan sekolah Aura. Awalnya Aiza yang berada di belakang Fathan, namun Fathan menyuruh Aiza yang berjalan deluan. Aiza hanya menurutinya saja.
"Iya, Fathan?" tanya Aiza tanpa menoleh ke belakang.
"Lo gak nyaman sama gue?" tanya Fathan balik. Yang membuat Aiza berhenti seketika.
"Kenapa Fathan nanya begitu?" tanya Aiza masih belum berbalik ke belakang.
"Sikap lo, yang mulai dari pulang sekolah waktu di mobil, berubah. Jadi gak nyaman dekat gue." ucap Fathan yang membuat Aiza menunduk.
"Bukan begitu maksud Aiza." balas Aiza.
"Terus apa?" tanya Fathan.
"Lebih baik sekarang kita pulang. Umi pasti sudah nunggu di rumah." ucap Aiza yang mengalihkan pembicaraan.
"Lo ngalihin pembicaraan. Oke, kita pulang." ucap Fathan sambil berjalan lebih dulu meninggalkan Aiza di belakangnya.
'Fathan gak bakal ngerti perasaan Aiza. Aiza saat ini takut, apa yang selama ini Aiza tahan, harus hancur karena Fathan.' batin Aiza.
****
Mereka berdua pun sudah sampai di kediaman Aiza. Di dalam mobil, tidak ada satupun yang mengeluarkan suara. Fathan yang kesal, dan Aiza yang bingung harus gimana.
'Gue gak boleh gini terus, kalo gini terus, Aiza pasti menjauh.' batin Fathan.
"Za, maaf. Sudah buat lo gak nyaman." ucap Fathan yang membuat Aiza kaget.
"Engga kok. Aiza sudah bilang tadi Fathan.. Bukan itu maksud Aiza. Maaf kalau malah membuat Fathan berprasangka buruk. Aiza turun ya, Terima kasih sudah ngantar Aiza sampai rumah." ucap Aiza lembut sambil menunduk.
"Seharusnya gue yang bilang terima kasih. Terima Kasih Aiza, sudah nemanin Fathan." ucap Fathan sambil tersenyum tulus kepada Aiza. Senyuman yang pertama kali di lihat Aiza begitu tulus, dari Fathan, yang membuat dia semakin lekat menatap Fathan, dan tidak di pungkiri, Aiza membalas senyuman itu.
'Astagfirullah. Sadar Aiza.' batin Aiza. Yang langsung membuat Aiza memalingkan wajahnya.
"Sama-sama. Salam sama Aura ya." ucap Aiza sambil membuka pintu mobil tanpa menatap Fathan. "Assalamu'alaykum." lanjutnya.
"Wa'alaykumussalam." jawab Fathan saat pintu sudah di tutup rapat oleh Aiza.
'Aiza kenapa?' batin Fathan.
***
"Assalamu'alaykum." ucap Aiza memasuki rumahnya, yang tidak di jawab oleh seorang pun.
"Umi?" panggil Aiza memasuki dapur.
"Eh Adek sudah pulang? Kok gak memberi salam?" tanya Yumna.
"Sudah Umi, Aiza ulang ya. Assalamu'alaykum Umi." ucap Aiza sambil tersenyum kepada Yumna.
"Wa'alaykumussalam Sayang." jawab Yumna sambil mendekat kepada Aiza. "Sepertinya anak Umi yang satu ini lagi ada yang di pikirin." lanjut Yumna. Aiza yang mendengarnya langsung memeluk Yumna erat.
"Umi.. Aiza bingung. Aiza takut.. Aiza-
"Sstt, anak Umi kenapa? Kok nangis." ucapan Aiza yang sambil menangis terpotong oleh Yumna yang berusaha menenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Saya Menyimpan Rasa
Fiksi RemajaYa Allah, apakah saya berdosa menyimpan rasa? Apakah berdosa melihat senyum manis yang terkesan dingin, namun selalu menarik perhatian? Jujur saja, saya sangat takut dengan perasaan ini. Saya takut, perasaan ini membawa saya jauh akan surga-Mu. - Ai...