"Astagfirullah!"
Mobil yang di kendarai oleh Haikal menabrak perbatasan jalan. Hal tersebut di lakukan Haikal demi menghindari seorang gadis yang memakai topi kupluk yang sembarang menyebrang jalan. Gadis tersbut terlihat kaget karena hampir saja sebuah mobil menabrak dirinya, dan yang dapat di lakukannya hanyalah berjongkok sambil memeluk lutut dan menangis. Aiza yang melihat itu langsung membuka pintu mobil dan menghampirinya. Terdapat banyak orang yang mendekatu gadis itu, namun tak seorang pun yang di hiraukan oleh gadis tersebut.
"Hey kamu tidak apa-apa?"
"Kamu gakpapa?"
Itulah pertanyaan dari orang di sekitar gadis tersebut yang dapat di dengar oleh Aiza saat dia mendekat. Aiza yang di susul oleh Umi dan kedua Kakaknya hanya bisa melihat gadis tersebut ketakutan dan terus menangis sambil menutupi kedua telinganya dengan kedua tangannya. Aiza mendekati gadis tersebut dan ikut jongkok di depannya."Hey.. kamu gakpapa?" pertanyaan dari Aiza tersebut tidak di jawab sama gedis tersebut. Gadis tersebut bahkan tidak melihatnya sedikitpun. Aiza tidak tau apa yang harus dilakukan saat ini. Ia semakin bingung saat mendengar gadis tersebut malah semakin menangis, dan tanpa berpikir panjang, Aiza memeluk gadis tersebut erat, mencoba membantu menghilangkan rasa takut gadis tersebut.
"Sstt tenang tenang. Kamu gakpapa. Kamu baik-baik aja. Sudah jangan nangis lagi ya.." ucap Aiza lembut.
Gadis tersebut mulai membalas pelukan Aiza dengan sangat erat saat ia mendengar suara lembut yang mencoba menenangkannya. Tangisan gadis tersebut pun semakin lama semakin menghilang, namun gadis tersebut seperti tak rela melepas pelukan Aiza. Umi Aiza, atau yang bernama Yumna pun tersenyum lembut melihat anak terakhirnya bisa menenangkan gadis yang baru di kenalnya tersebut dengan perlakuan yang cukup di bilang seperti menenangkan orang yang telah lama di kenalnya.
"Bang bilang terimakasih sama yang lain, bilang juga kalau kita yang akan bertanggung jawab, karena memang kita yang hampir nabrak gadis itu, biar mereka bisa kembali ke tempatnya." ucap Yumna kepada Haikal, yang di jawab Haikal dengan anggukan kepala.
"Bapak-bapak, ibu-ibu makasih ya. Maaf sudah membuat repot karena memang kami yang hanpir menabraknya, jadi biar kami yang bertanggung jawab. Sekali lagi terimakasih atas bantuannya." ucap Haikal lembut kepada orang-orang yang tadi mencoba membantu menenangkan gadis tersebut. Tanpa di perintah Hanum meninggalkan Uminya dan mendekati warung untuk membeli air mineral untuk gadis yang hampir di tabraknya tersebut.
"Dek ini, sekalian pindah ke dalam mobil aja ayo, ini hampir di tengah jalan dek" ucap Hanum sambil memberikan air mineral kepada Aiza yang di balas dengan anggukan kepala.
"Hey ayo" ucap Aiza pelan, sambil membantu anak tersebut bangun dari duduknya, tanpa melepaskan pelukan dibadan Aiza. Sepertinya gadis tersebut masih takut. "Gakpapa. Ayo." lanjut Aiza yang di anggukin oleh gadis tersebut.
Setiba di dekat mobil, Yumna membuka pintu belakang dan mempersilahkan Aiza dan gadis tersebut untuk duduk, dan dia ikut duduk di samping Aiza. Sedangkan Haikal kembali di tempat kemudi, dan Hanum di sebelahnya.
"Kenalin, Aiza. Nama kamu siapa?" ucap Aiza lembut, di selengi pertanyaan.
"Laura, panggil Aura aja. Maaf sudah merepotkan." ucap gadis itu parau dan masih sedikit merasa takut.
"Seharusnya Aiza yang minta maaf, karena mobil Aiza hampir nabrak kamu." ucap Aiza lembut sambil mengelus lengan Aura untuk menghilangkan rasa takutnya.
"Saya gak liat jalanan tadi, langsung mau lari aja. Jadi itu salah saya. Maaf" jawab Aura menunduk.
"Gakpapa sayang. Yang penting kamu gakpapa" ucap Yumna lembut membuat Aura menatapnya dengan wajah sendu. Aura mengingat Mama nya saat melihat wajah Yumna, dab mendengar ucapan lembutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Saya Menyimpan Rasa
Novela JuvenilYa Allah, apakah saya berdosa menyimpan rasa? Apakah berdosa melihat senyum manis yang terkesan dingin, namun selalu menarik perhatian? Jujur saja, saya sangat takut dengan perasaan ini. Saya takut, perasaan ini membawa saya jauh akan surga-Mu. - Ai...