"Assalamu'alaykum." ucap Aiza pada saat ia tiba di ruang makan, dan melihat Umi nya sibuk menyiapkan sarapan.
"Wa'alaykumussalam sayang." jawab Yumna dan sambil melihat Aiza yang datang menggunakan seragam sekolahnya sudah lengkap.
"Ada yang bisa di bantu, Umi?" tanya Aiza mendekati Yumna. Yumna yang mendengarnya hanya tersenyum lembut melihat anaknya yang sangat cerah di pagi hari.
"Tidak ada sayang, Umi sudah selesai menyiapkannya. Kita tunggu aja Kakak sama Abangmu turun." ucap Yumna sambil menuntun Aiza agar duduk di kursi makan tersebut.
"Umi.." panggil Aiza.
"Iya?" tanya Yumba lembut.
"Sepertinya Adek lagi ngerasain perasaan yang gak wajar pada lawan jenis." ucap Aiza menunduk. Yumna yang mendengar itu sedikit kaget, namun kemudian tersenyum maklum.
"Terus?" tanya Yumna.
"Iya Adek cuma bingung, kenapa Adek bisa begitu? Adek ngerasa semuanya kayak tiba-tiba." ucap Aiza sambil memasang muka merasa bersalah.
"Kenapa mukanya gitu?" tanya Yumna.
"Adek takut, Allah cemburu. Adek gak ada niatan buat Allah cemburu dengan perasaan yang Adek rasain buat hambanya yang lain." jawab Aiza.
"Umi pernah bilang kan, suka sama seseorang itu wajar, asal tidak berlebihan. Benar?" Aiza yang mendenhar hanya menganggukkan kepalanya.
"Asal Adek tidak menduakan Allah, dan melupakan semua kewajiban yang seharusnya Adek jalanin karena perasaan Adek itu, Allah pasti cemburu. Saran Umi, Adek tutupi perasaan Adek itu, jangan mengumbar ke orang lain, simpan ke dalam hati Adek sendiri. Cukup doakan, InsyaAllah, perasaan Adek bisa berbuah hasil." ucap Yumna yang di angguki saja oleh Aiza dengan mantap.
"Jangan salah jalan ya dek. Ingat murka Allah itu Maha Dahsyat." lanjut Yumna yang membuat Aiza bergidik takut.
"Hayo pada omongin apa?" ucap Hanum tiba-tiba dan membuat Aiza kaget.
"Kakak! Salam dulu kan bisa.." ucap Aiza kesal karena kaget.
"Iya sudah ulang." ucap Hanum sambil keluar lagi dari ruang makan dan memasuki lagi kemudian mengucap salam.
"Assalamu'alaykum Umi, Adek. Pada ngomongin apa?" Yumna yang mendengarnya hanya menggelengkan kepalanya, dan Aiza hanya tersenyum geli melihat kelakuan Kakaknya.
"Wa'alaykumussalam." jawab Yumna dan Aiza bersamaan.
"Kakak gak boleh kepo. Ya sudah, Adek mau panggil Bang Ikal dulu, kok tumben gak turun-turun, jangan-jangan habis Sholah subuh tadi, tidur lagi." ucap Aiza.
"Adek.. Gak boleh berburuk sangka." tegur Umi.
"Astagfirullah, Maafin Adek Umi.." ucap Aiza merasa bersalah dengan menundukkan kepalanya.
"Iya, ingat ya Dek.. Gak boleh. Kan sudah di kasih tau sama Abi." ucap Yumna yang di anggukkan dengan cepat oleh Aiza, dan Aiza pun pergi untuk memanggil Haikal yang berada di kamarnya.
"Abang..." panggil Aiza di depan pintu kamar Haikal.
"Bang..." panggil Aiza lagi, namun tidak ada jawaban dari dalam, dan itu membuat Aiza bingung, dan dengan segera membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu.
"Astagfirullah Abang..." ucap Aiza saat dia melihat Haikal yang tertidur di atas tempat tidurnya dengan masih menggunakan baju Sholat dan Sarungnya. Haikal yang sudah di teriaki oleh Aiza masih juga tidak bangun.
"Ya Allah, Abang... Bangun bang.." panggil Aiza sambil menepuk nepuk pipi Haikal pelan.
"Hmm" ucap Haikal sambil menjauh dari Aiza dan mencari tempat nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Saya Menyimpan Rasa
Teen FictionYa Allah, apakah saya berdosa menyimpan rasa? Apakah berdosa melihat senyum manis yang terkesan dingin, namun selalu menarik perhatian? Jujur saja, saya sangat takut dengan perasaan ini. Saya takut, perasaan ini membawa saya jauh akan surga-Mu. - Ai...