14. Berjuang Bersama

1.3K 88 0
                                    

"ATHAN TURUN KAMU!"

"Bang itu Papa." ucap Aura takut. Fathan yang melihat Aura seperti itu memberi kode kepadanya untuk pindah ke belakang bersama Aiza, Aura yang di beri kode seperti itu hanya bisa menurutinya dengan langsung bergerak ke belakang.

"Jagain ya Za." pinta Fathan kepada Aiza yang di jawab Aiza dengan anggukan kepala sambil memeluk Aura yang ketakutan.

"Kak, pasti ada tante Sarah." ucap Aura di pelukan Aiza.

"Ra gakpapa. Percaya sama Abang ya." ucap Fathan saat mendengar Aura ketakutan di pelukan Aiza.

"Iya Ra, gakpapa." ucap Aiza menenangkan.

"FATHAN! KAMU DENGAR SAYA?!" ucap Fahri sekali lagi sambil mengetuk kaca mobil di sisi Fathan. Fathan yang mendengar itu segera membua kunci dan keluar dari mobil tanpa mengeluarkan suara dari bibirnya untuk melawan Fahri, ia hanya diam ingin mendengar apa yang akan di katakan Fahri.

"INGAT FATHAN! ADIK KAMU SAKIT!" ucap Fahri marah.

"Iya, saya ingat." jawab Fathan cuek.

"YA KALAU KAMU INGAT, KENAPA MASIH MEMBIARKAN DIA KABUR DARI RUMAH?!"

"Saya tidak membiarkan. Saya hanya menuruti keinginannya."

"Aura ada jadwal terapi Fathan. Bawa dia pulang sekarang. Nanti dia tambah sakit kalau harus berada jauh dari jangkauan Papa." ucap Fahri pelan, berharap Fathan mengerti. Fathan yang mendengar ucapan Fahri tersenyum remeh.

"Anda salah tuan. Dia bahagia berada jauh dari jangkauan Anda dan Istri Anda. Dia bahagia berada bersama orang yang sangat sayang sama dia. Saya melihat dia seperti tidak sakit saat dia berada jauh dari Anda. Sudah terbukti kan bahwa dia lebih bahagia dan sehat saat berada dimana?" jawab Fathan lebih pelan.

"Saya sangat menyayangi dia Fathan, apa kamu melihat saya menyiksa Adik kamu?"

"Anda memang menyayangi Adik saya. Saya tau itu. Tapi istri Anda?" tanya Fathan.

"Sarah tidak melakukan apapun pada Aura Fathan! Papa sudah bilang, kalau Sarah sangat menyayangi kamu dan Adik kamu." ucap Fahri sedikit emosi. "Kamu terlalu melihat dia dari sisi yang berbeda. Kamu selalu membencinya Fathan! Kamu tidak bisa menerimanya! Makanya kamu selalu melihat dia buruk!" lanjut Fahri.

"Jika anda menjadi saya saat ini, Anda akan berlaku sama seperti saya, Tuan. Anak mana yang bisa menyayangi seorang wanita yang hadir dalam hidupnya, menggantikan Mamanya, di saat tanah kubur Mamanya saja belum kering?" jawab Fathan pelan.

"Papa sudah bilang sama kamu Fathan. Papa gak mau, kamu sama Adik kamu harus terus berada di dalam kesedihan karena kepergian Mama."

"Tapi gak gitu caranya Pa." ucap Aura tiba-tiba. "Aura gak mau Mama baru. Mama Aura cuma satu Pa. Cuma Mama yang bisa sayang sama Aura yang sakit-sakitan. Tante Sarah gak bisa nerima Aura." lanjut Aura.

"Aura? Kamu pakai Hijab sayang?" tanya Fahri kaget saat melihat Aura turun dari mobil mengenakan Hijab.

"Anda lihat? Adik saya sehat. Dia baik-baik saja saat jauh dari Anda dan Istri Anda." ucap Fathan.

"Aura.. Ayo pulang sayang. Papa gak tenang kamu jauh dari Papa. Tante Sarah juga pasti kangen sama kamu." ucap Fahri sambil mendekati Aura.

"Gak." ucap Aura pelan sambil menggelengkan kepalanya, berjalan mundur menghindari Fahri, dan memeluk Aiza yang berada di belakangnya.

Maaf, Saya Menyimpan RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang