Aiza Humaira Zahra
"Hoam... Jam berapa ini ya?" ujar ku seraya bangun dari tidur dan melirik ke arah jam yang terletak di atas tempat tidurku. "Jam setengah 5" aku beranjak untuk merapikan kamarku terlebih dahulu.
"Adek? Sudah bangun sayang?" Ujar seseorang dari luar kamarku. Oh, itu pasti Umi. Itulah kebiasaan Umi di setiap paginya, memastikan ketiga anaknya bangun pagi untuk mengerjakan kewajibannya.
"Iya Umi... Adek baru aja bangun" balasku sambil membuka pintu kamarku. Tidak enak rasanya Umi di luar mengajakku berbicara sedangkan aku hanya di dalam.
"Yasudah sayang, sekarang kamu mandi, baru solat ya. Habis itu turun ke bawah ya, sarapan" Umi pergi menjauh dari kamarku, sebelum itu dia sudah terlebih dahulu mengelus kepalaku dengan sayang.
'Ah Umi.. Ira sayang banget sama Umi'
Aku hanya menatap kepergian Umi dari kamarku dengan senyum terbaik yang ku punya, lalu setelah Umi tidak terlihat lagi di pandanganku, aku memasuki kamar dan melakukan apa yang di perintahakan umi padaku.
***
"Assalamu'alaikum Umi, Abi" ucapku yang baru memasuki ruang makan di rumah kami. "Kak, bang" lanjutku saat ku melihat bang Ikal dan Kak Hanum melihatku seperti bertanya 'kita kok gak di sapa?'
"Wa'alaikumussalam dek"
"Wa'alaikumussalam, sini sayang sarapan, ada nasi goreng kesukaan kamu"
"Wa'alaikumussalam Adeknya Abang"
"Wa'alaukumussalam Ira kesayangan Kakak"Jawaban mereka hanya bisa ku jawan dengan senyum terbaik yang ku punya. Sekarang disinilah aku, duduk di samping bang Ikal seraya mengambil nasi goreng yang telah umi ambilkan untukku.
"Ohiya dek, hari ini Kakak gak ada kelas, kamu pulang sekolah langsung pulang ya" Umi berkata sambil memberikan minum untuk Abi yang berada di sebelahnya.
"Iya kita jarang banget kan sekarang jalan betigaan aja? nanti kita ke toko buku deh, nambah-nambahin koleksi bukunya Ira" Sekarang Kak Hanum lah yang berbicara lembut padaku, berusaha keras membujukku. Kakak dan Umi sangatlah tau bahwa aku ini sangat malas keluar berjalan-jalan dengan mereka, bukan bermaksud durhaka, tapi ya jujur mereka sangatlah lama saat memilih-milih barang belanjaan.
"InyaAllah" itulah jawaban singkat ku, jujur saja aku sangt malas berlama-lama di tempat umum.
"Nanti Kakak beliin buku deh buat Adek, mau berapa? Kakak beliin beneran deh, tapi Adek ikut ya" bujuk Kak Hanum lagi.
"Jangan mau dek, mending sama Abang aja, pulang sekolah kita mampir ke kedai es krim dekat sekolah" kini giliran bang Ikal yang berbicara.
"Kamu kenapa sih bang? gak senang banget bikin Kakak seneng"
"Kakak sih setiap jalan yang di ingat cuma Adek aja, emang Adeknya Kakak itu cuma Ira?"
"Oh jadi kamu mau ikut bang? bilang dong dari tadi. Tapi emang kamu mau apa, di jalan nanti kamu yang bawain belanjaan Umi, Kakak sama Adek? kan kamu laki-laki sendiri nanti bang"
"Ya gakmau lah, kalau belanjaan Adek aja sih gakpapa, paling cuma buku 3-5 biji, lah belanjaan Umi sama Kakak? banyak banget"
"Kamu ngeledekin Kakak sama Umi bang?""Sudah-sudah, itu Adek sudah selesai sarapannya, mending berangkat sekolah sana, dari pada ribut kalian ini" akhirnya Abi angkat bicara menghentikan Kak Hanum dan bang Ikal yang dari tadi adu mulut.
"Yasudah ayo dek, Abang di usir sama Abi" bang Ikal berdiri dari kursinya dan menenteng tas di pundaknya. Aku melirik Umi, Abi dan Kak Hanum tertawa mendengar bang Ikal yang berbicara dengan nada merajuk. Kebiasaan sih Kak Hanum, suka banget buat bang Ikal ngambek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Saya Menyimpan Rasa
Genç KurguYa Allah, apakah saya berdosa menyimpan rasa? Apakah berdosa melihat senyum manis yang terkesan dingin, namun selalu menarik perhatian? Jujur saja, saya sangat takut dengan perasaan ini. Saya takut, perasaan ini membawa saya jauh akan surga-Mu. - Ai...