Hari ini Rani kembali keluar rumah untuk pergi ke pondok kemarin, entah mengapa hatinya seolah membawa dia pergi ke tempat itu lagi.
Sesaat ia sampai ke pondok itu, tak lupa ia tersenyum kembali sebelum masuk ke dalam pondok, setelah masuk, ia mulai mengeluarkan alat lukisnya.
Ya, sejak semalam Rani sudah berpikir untuk mencoba melukis di pondok itu, karna untuk melukis di kamarnya lagi sangatlah tidak mungkin. Karna lukisan yang dibuatnya sudah memenuhi seluruh kamar, hingga membuat kamar itu terlihat sempit.
Mula-mula Rani melukis bunga, karna sesuai dengan suasana hatinya sekarang, yang mencerminkan bahwa ia sedang merasa senang dan tenang.
Belum selesai ia melukis, ia memutuskan untuk pergi kembali kerumah. Karna tiba tiba saja ada ide terlintas di kepalanya itu.
🍁🍁🍁
"Ibu? Ayah?" panggil Rani "Aduh kemana sih mereka, kan lagi penting ini."
Cukup lama Rani menunggu, akhirnya Ibu Rani pun muncul dari dalam kamarnya.
"Iya, kamu manggil Ibu?"
"Iya bu, ada yang mau Rani bicarakan."
"Silahkan nak."
"Bu boleh ya pondok belakang itu Rani beresin, soalnya Rani nyaman ngelukis disitu, apalagi suasananya tenang dan juga ga mungkin Rani terus ngelukis dikamar, ga nyaman bu."
"Pondok? Kamu yakin ngeberesin pondok itu? Kan banyak barang barang Ibu sama Ayah."
"Yakin bu, nanti Rani bakalan beresin semuanya."
"Yaudah terserah kamu deh, yang penting hati hati aja beresinnya."
"Siap, makasih bu."
Rani pun berlalu pergi setelah memeluk Ibunya itu, ia sangat senang karna sudah memiliki markas lukis, dan ia pun segera membereskan pondok yang menjadi markasnya sekarang.
Ibu Rani yang melihat kepergian anaknya dengan senyum manis yang terukir di bibirnya itu, ia merasa sangat senang bisa melihat anaknya itu tersenyum kembali, setelah beberapa hari lalu ia menjadi pemurung.
Jika dengan mengizinkan Rani menggunakan pondok itu adalah cara untuk membuatnya bahagia saat itu, maka tidak mungkin Ibunya melarang dia untuk menggunakannya, karna Ibunya lihat bahwa Rani sepertinya sangat menyukai pondok itu.
🍁🍁🍁
"Itu beres, yang ini udah beres, nah tinggal yang itu," ucap Rani "dan yak, disini. Akhirnya selesai juga aku beresin pondok ini."
Rani pun kemudian memandang seluruh pondok itu, semua barang barang Ibu dan Ayahnya sudah ia tata dengan rapi, dan pondok itu pun sudah ia bersihkan sekarang.
Dari luar memang kelihatan jika pondok ini sangat biasa saja, tapi entah kenapa di mata Rani pondok ini begitu luar biasa.
Selagi Rani memandangi isi pondok itu, ia lupa akan satu hal yang kurang.
Lukisan. Apa lagi memangnya? Karna itulah satu satunya tujuan Rani membereskan Pondok ini. Pondok inilah yang seterusnya akan menjadi markas lukis, dan semua lukisan yang ada didalam kamarnya pun ia pindahkan ke dalam pondok ini.
Lukisan demi lukisan ia tata rapi, semuanya nampak indah, tetapi ada juga yang buruk, karna apa? Karna, Rani selalu melukis berdasarkan suasana hatinya, ia selalu saja melukis ketika ia sedang merasakan suatu hal.
Setelah semua lukisan di tata rapi, sekarang Rani mulai mengeluarkan alat lukisnya lagi, ia mulai melukis berdasarkan apa yang ia rasakan sekarang.
Dari bunga, binatang, gadis kecil dan masih banyak lagi yang ia lukis, pondok ini memang benar benar tempat yang tepat bagi Rani dan akhirnya rasa bosan itu sudah teratasi sekarang, berkat adanya pondok ini.
🍁🍁🍁
"Kamu mau kemana nak, kok buru buru sekali?" tanya Ayah Rani melihat anaknya yang sedang berlari menuruni tangga.
"Ke pondok belakang rumah yah." ucap Rani pada ayahnya
"Bahagia banget kayanya kamu ya, pondoknya udah kamu beresin?" tanya ayahnya, "kalau belum biar ayah bantu."
"Ayah tenang aja, kemarin Rani udah beresin pondoknya dan malahan semua lukisan Rani udah dipindahin ke situ."
"Anak ayah pintar, yaudah kamu ke pondok gih, lukis yang banyak biar jadi pelukis terkenal."
"Siap Ayah, Rani pergi dulu."
Kemudian, Rani berlari ke pondok, sesaat ia sampai di depan pondok, ia berhenti sebentar baru ia membuka pintu dan masuk ke pondok.
Seminggu sudah berlalu, ia sering berkunjung ke pondok itu, karna di pondok inilah ia merasa senang dan tenang. Hingga terkadang ia lupa untuk makan, sampai sampai pembantunya yang mengantarkan makanan padanya.
"Non Rani, ini bibi bawakan makanan. Jangan lupa di makan ya."
"Aduh bi, kenapa repot repot? Kan Rani bisa ambil sendiri ke rumah."
"Ga ngerepotin kok, bibi cuma khawatir sama non Rani karna sering ga makan sekarang."
"Hehe Rani suka lupa bi, abisnya keasyikan ngelukis sih. Sekali lagi makasih ya bi, udah mau nganterin makanan buat Rani, Rani jadi ngerasa ngerepotin."
"Ga apa non, kalau gitu bibi ke rumah dulu ya."
"Iya bi."
Pembantunya itupun kembali ke rumah, dan Rani mulai menghentikan aktivitas melukisnya, kemudian ia segera makan karna kebetulan ia sangat lapar kali ini.
Part 5 yuhuu, untung ga keriting ni tangan hehe
Oke teman teman mau ingatin jangan lupa vote dan comment ya, karna itu berharga untuk ku
-BrigitaJaunty
KAMU SEDANG MEMBACA
Pondok Keramat (SELESAI)
TerrorRani si gadis tomboi harus bertaruh nyawa setelah terjadi keajaiban yang berujung konflik antara dia dan iblis di dalam hidupnya Bagaimanakah Rani akan menyelesaikannya?