Part 10

34 10 0
                                    

Dengan berlari, Rani berhasil keluar dari rumahnya, tetapi ia masih tetap diikuti oleh Iblis yang mengusik kehidupannya itu.

Sepanjang perjalanan ia hanya fokus berlari walau ia selalu saja berusaha di hadang dan dijatuhkan oleh Iblis itu, semua warga kampung yang melihatnya dan dimintai tolong olehnya hanya kebingungan saja.

Mereka mengira bahwa Rani sudah gila karna berlari dengan wajah ketakutan, sedangkan tidak ada sama sekali yang mengejarnya.

Haduh capek. Batin Rani ketika ia berhenti sejenak karna dirinya sudah tak mampu lagi berlari.

Kemudian, ia ingat bahwa ada satu orang yang dapat menolongnya saat ini, yaitu dea. Akhirnya ia berlari menuju rumah dea.

Tok tok tok

Dengan keras ia menggedor rumah Dea hingga sang empunya merasa kesal dan kemudian membuka pintu dengan kasarnya.

"Astaga Rani, kamu ni ya datang malam- malam, udah itu ketuk keras-keras, aku tu la-----"

"Mendingan kamu antarin aku ke kota sekarang, cepat."

"Ini udah malam, ngigo kamu ya, kota itu jauh."

"Astaga dea ini penting, nyawa ku sedang dalam bahaya, aku mohon tolong antarkan aku ke kota sekarang."

"Bahaya maksudnya?"

"Nanti aku sambil ceritakan di jalan, mendingan sekarang kamu ambil kunci mobil terus antar aku."

"Ye ye sabar kali, bentar."

Dea pun mengambil kunci mobilnya di dalam rumah, kemudian ia minta izin pada Orang tuanya untuk mengantar Rani ke kota dengan janji bahwa ia akan menceritakan masalahnya setelah pulang dari kota.

Mereka pun melaju dengan cepat menembus jalanan menuju kota, Rani tidak peduli ia akan kembali ke kota itu lagi, karna yang terpenting sekarang bahwa dirinya aman.

🍁🍁🍁

"Anggi, anggi," panggil Rani sambil menekan bel apartemen milik sahabatnya itu.

Siapa sih yang datang larut malam begini, ganggu tidur aku aja. Batin Anggi.

Kemudian, Anggi membuka pintunya dan ia terkejut melihat kedatangan sahabatnya itu.

Ia pun langsung memeluk Rani karna dirinya begitu merindukan sosok sahabatnya itu, sudah lama Rani tidak berkunjung semenjak ia sudah tinggal di kampung dan hal itu membuat Anggi sangat kesepian.

"Le...pas nggi," ucap Rani dengan berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Anggi.

Kemudian, Anggi melepaskan pelukan itu dan tersenyum pada Rani.

"Hehe maaf, yaudah mendingan masuk aja yuk, udah malam juga."

"Oke."

Rani pun kemudian duduk di sofa milik sahabatnya itu, ia sangat kelelahan, terlihat dari wajahnya dan kantung mata miliknya.

Ia kemudian meminta air putih terlebih dahulu pada sahabatnya.

"Jadi kamu ngapain ke kota? Sama siapa kesini? Cari kerja?"

"Bukan cari kerja gi, aku lagi sembunyi. Aku tadi datang sama dea, tapi dea udah pulang karna dia hanya minta izin sama orang tuanya untuk ngantar aku aja."

Pondok Keramat (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang