Aku duduk digerbong kereta paling belakang, dengan tiket berdiri aku memilih tempat yang tepat di antara lorong dua gerbong, sebab itulah tempat yang tidak sesak dan ramai. Telat datang ke stasiun membuatku tidak kebagian tiket duduk, aku juga lupa jika hari ini hari senin, di mana penumpang kereta membludak dan tiket habis lebih cepat dari biasany.
Kereta melaju pukul 09.20 wib menuju padang, dan aku sekarang lagi di stasiun gandoriah Kota Pariaman. Mungkin tidak banyak yang mengenal kota ini, tapi aku yakin perlahan kota ini akan dikenal luas dan tak akan kalah dikenal dibandingkan Kota Padang. Aku perjelas sedikit tentang kota tinggalku, Pariaman;
"Kota ini merupakan kota kecil yang memiliko destinasi wisata unggulan pantai, di sini ada tiga pulau terdepan yang menjadi daya tarik kota ini, selain itu pariaman merupakan kota dengan ikoniknha Tabuik, yaitu sebuah tradisi untuk memperingati kisah Cucu nabi".
Kereta melaju dari pelan menuju cepat, perlahan namun pasti, meski keadaan kereta sebenarnya sudah tampak tua jika dibandingkan kereta jawa, tapi cukup kuat untuk perjalanan 60 km seperti jarak Pariaman ke padang. Aku duduk sambil menyumbat dua daun telingan dengan headset. lagu - lagu band indie seperri; fiersa besari, banda neira, mocca, payung teduh dan iksan skuter adalah lagu band indie pilihanku.
Kereta berhenti di stasiun pertama tepatnya kurai taji (ada 6 stasiun dan 3 shelter). Sebuah stasiun yang terletak tepat di jantung pasar. Sesak orang menuju kereta melintas aku yang sambil mendengarkan musik. Kebanyakan penumpang kereta pada hari minggu adalaha mahasiswa, dan dia salah satunya. Iya dia, sosoknya yang akan menjadi kisah yang aku ceritakan setiap aku menaiki kereta api dan menemuinya dengan senyim simpul itu, meski pada akhirnya lagi dan lagi ia tertunduk . Aku
tidak pernah mengenalnya, tapi mataku dan matanya sering terperangkap, entah itu diantara celah gerbong kereta, bangku - bangkunya atau jendela ketika kami saling pisah untuk tujuan stasiun yang berbeda. Ya, dia mahasiswa UNP, kupastikan itu dari jaket dan gantungan kuncinya yang menunjulan ia seorang mahasiswa pendidikan guru sekola dasar, dan kupastikan juga ia mengenalku sebagai mahasiswa Unand, karena pernah suatu waktu aku pulang menaiki kereta memakai almamater setelah pulang dari aksi demonstrasi menolak kebijakan naiknya harga bbm dan sembako, waktu itu ia melihatku dengan senyum dan takjub.Aku menyukai matanya, dan akan kuceritakan kisah sepasang pemalu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Pemalu
General FictionKisah sepasang pemalu yang terjebak dalam perasaan suka namun sukar untuk saling mengenal. Hanya lihai menerka rasa, namun untuk bicara saja mereka tidak punya kemampuan. Mereka tahu, sama - sama memiliki nafas yang tetiba tergesa - gesa ketika ber...