Setelah di antar ibu ke stasiun kurai taji, aku menyempatkan diri untuk sarapan pagi di pasar yang memang terletak di tengah stasiun ini. Setelah memakan seporsi lontong aku bergegas kembali ke stasiun untuk menunggu kereta datang. Kereta datang jam 09.30 wib tertera pada tiketku, berikut juga dengan penjelasan gerbong dan bangku serta jam kereta sampai distasiun tujuanku.
Puluhan orang menyesak memasuki gerbong, aku memilih untuk menjadi yang terakhir menaiki, menimang ada beberapa ibu - ibu. Setelah menaiki anak tangga satu persatu, mataku dikejutkan sesosok pria yang juga menatapku, aku tidak tahu siapa yang menatap lebih duluan, tapi kusimpulkan saja dia.
"Lelaki harus mengalah, dan cewek harus jual mahal dikit donk (gumamku pada buku catatan)"
Di sini semuanya dimulai, tiba - tiba sebuah desir hangat mengalir ke semua tubuhku, sebuah getar yang tidak pernah kurasakan, sampai menyesak dadaku untuk menahan, kalau ku ingat lagi ada sedikit ngilu, tidak sakit tapi malah selalu ku ingat - ingat ulang sebelum tidur malam. Keadaan yang aneh, tapi selalu kurindukan.
Aku tak pernah mengenal sosok dia sebelumnya, tak pernah melihat sekalipun malah. Tapi mata sayunya yang menatapku telah mengenyuhkan perasaanku, caranya menatapku seperti menangkap diriku baik - baik dalam ingatannya. Aku tidak tahu ini perasaan apa, sedari dulu aku tidak pernah menaruh perasaan pada seseorang, meski banyak yang datang aku selalu tidak ingin dimiliki siapapun, semacam menampik. Banyak juga teman sebaya yang aku rasa dekat denganku, tapi tak pernah tertarik sekalipun untuk kudekati.
tidak ada degup yang seperti ini ketika menatap dia. Tidak ada nafas yang setergesa - gesa seperti ini ketika pertama kali bertemu seseorang, kalaupun ada itu pertama kali aku ikut acara seminar buku penulis ternama boy candra, ia mengajakku ke depan untuk foto berdua, semacam selfie, disana aku yang tersentak sadar tidak sadar langsung merasa gugup dan deg - degan.
Entah ini perasaan suka, aku tidak tahu. Waktu itu aku harap ia hanya hadir hari ini, tidak untuk hari lainnya di kereta dan gerbong ini. Aku takut akan dipatahkan, mencintai seseorang bagiku sangat awam dan tak pernah sama sekali, tapi cukup banyak aku mendengar dan mengetahui sakit patah hatinya sahabat dan teman - temanku. Dan aku menghindari itu, aku tak mau studi yang kujalani hancur karena perasaan, cita - cita yang kubangun harus disibukkan dengan urusan cinta dan apa yang telah kubangun tidak seindah rencana. Mencintai seseorang bagiku adalah bencana.
Aku bersikap acuh, setelah terjebak saling menatap di bola mataya yang sayu itu, aku berusaha menampik dan memburu langkah lebih cepat untuk memilih nomor bangku. Pada akhirnya aku salah gerbong dan kembali harus melewati lorong di antara dia gerbong yang dihuni dirinya. "Kenapa sebodoh ini kamu Syaaaaaaa..., lihat akibat gerogimu itu kau salah tingkah hingga memilih gerbong yang salah, dan sekarang harus balik lagi melewati dirinya yang menanti dengan mata sayu, aroma parfum beraroma kopi dan celana jeans sedikit robek dibagian dengkul", (gumamku sendiri sembari menyiapkan nafas dan kemampuan untuk melintas dihadapannya)
Sekali lagi ku bilang, aku tidak tahu ini perasaan macam apa, aku tidakpernah bisa mengatakan ini benih cinta atau apa, toh, aku tidak pernah melakukannya, aku pemula dan aku wanita pemalu.
*Aku mencatat semua ini buku harianku, di gerbong kereta, tepat setelah si mata sayu dengan parfum aroma kopi itu menjadi penganggu di ingatanku. Sosoknyalah ternyata yang akan menjadi ceritaku, dan namanya yang akan menjadi baris - baris disetiap catatanku yang baru. Dia, si mata sayu....(ku ucap dengan lembut di suara hati meski setelahnya ku pukul kepala dengan pulpen sendiri)
Semoga kalian membenci si pria ini, seperti ku juga yang amat teramat membenci, benci,benciiiii. tapi tetaplah membaca bagianku ini, akan ku ceritakan si pria mata sayu ini kepadamu, semoha aroma kopinya itu tidak ikut menyengat ke lubang hidungmu ketika membaca, aku saja tidak suka, apa lagi kalian. Tapi aku tak tahu, sesuatu yang dibenci kadang akan berubah, sesuatu yang caci kadang akan dipuji. Mungkinkah ia termasuk ? Hmmmm..
*maaf banyak kesalahan pada penulisan, mohon saran dan masukan kawan - kawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Pemalu
General FictionKisah sepasang pemalu yang terjebak dalam perasaan suka namun sukar untuk saling mengenal. Hanya lihai menerka rasa, namun untuk bicara saja mereka tidak punya kemampuan. Mereka tahu, sama - sama memiliki nafas yang tetiba tergesa - gesa ketika ber...