Sudah dua minggu aku tidak membuka lembar catatan ini. Ketika ku baca ulang perihal dia yang ku sebut Pria kopi malam ini, hatiku tergugah lagi untuk memulai mencatatknya lagi. Setelah bertemu dengannya dua minggu yang lewat, aku tidak lagi menaiki kereta tiap hari, aku memilih menetap di Padang. Pertimbangan adanya acara kampus yang mengikut sertakan namaku dalam kepanitian mengharuskanku untuk menginap di kontrakan teman. Dua minggu yang melelahkan.
Hai pria beraroma kopi, dengan jeans robet di lutut kaki dan kemeja kota - kota flannel berwarna pudar lagi maha hambar, juga kumal. Hehehe... maaf menghinamu, tapi kau kan tak tahu, ini hanya catatanku, hanya pulpen dan kertas yang mengetahui. Tuhan juga.
Aku rindu, maaf sudah mulai bisa bilang rindu ke kamu tanpa izin dulu. Tapi kan ini hakku, selama itu tidak menganggumu dan ini hanya catatanku, kau bisa menuntut apa ? Weeek...
Maaf ya, aku tidak membesukmu dalam ingatan dua minggu ini, aku sibuk, tapi tetap kok aku ingat kejadian - kejadian itu. Apa lagi setelah kau menolong seorang ibu itu. Aku suka cara gagahmu, tidak lelaki lain digerbong itu yang asik bermain game, tertidur pulas tanpa memikirkan keadaan disekitar. Kau berbeda pria kopi (ku singkat saja pria kopi kali ini) kau memiliki kharisma sebagai pria yang wajahnya pas - pasan. Aku juga suka untuk pertama kalinya kau bicara permisi ketika hendak berdiri meminta ruang untuk menuju ke ibuk tua itu. Suaramu itu tegas dan berwibawa. Selain mata sayumu yang jatuh, ku rasa suaramu yang syahdu itu juga bagian yang sekarang ku rindu.
Ku harap dalam dekat waktu kita bertemu. Tanpa janjian, tanpa persetujuan tempat, kapan saja dan dimana saja. Kuharap kita bertemu, meski aku sendiri tak cukup kuat menahan rasa deg - deg'an.*selamat malam pria kopi, terima kasih sudah jadi teman imajinasiku. Meski hanya dua kali saling menatap, kau terancang jauh menjadi alamat - alamat rindu yang selalu ingin ku tuju. Ku harap kita bisa lagi bertemu. Pria kopi ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Pemalu
General FictionKisah sepasang pemalu yang terjebak dalam perasaan suka namun sukar untuk saling mengenal. Hanya lihai menerka rasa, namun untuk bicara saja mereka tidak punya kemampuan. Mereka tahu, sama - sama memiliki nafas yang tetiba tergesa - gesa ketika ber...