Part 13

22 1 0
                                    

Di saat orang - orang sibuk dengan kertas kontrak di meja perusahaan, aku malah sibuk di jalanan dengan tidur beralasan koran, di saat kawan - kawanku mulai bisa membentuk kehidupnan yang layak, aku malah bersama luka koyak penyesalan masih terbaring dengan angin malam di tepian pantai, di saat semua orang sibuk merancang masa depan yang sudah baik menjadi lebih baik, aku masih melantur - menceracau sendirian dihabisi kesadarannya oleh minum - minuman.

Aku terbaring di antara pohon muara sebuah pantai, di tengah siang buta dengan tangan menggenggam sebotol vodka, aku meratapi hidup lamat - lamat diri di permukaan air. Aku melihat wajah yang telah berubah jauh, mematut jauh ke belakang aku bukan lagi endar yang dulu. Aku sendiri, memaki - maki diri tanpa siapapun tahu. Hanya catatan kecil di sakuku yang sesekali ku isi, catatan yang telah banyak menjadi pendengarku selama ini.

Sudah empat botol vodka hari ini, hingga senja larut tanpa makan dan minum lambungku hanya berisi alkohol. Badanku sempoyongan, dunia seperti tanah rawa yang melunak tiba - tiba, sesekali tersungkur jatuh dan bangkit lagi. Hingga kesadaranku hilanh di sebuah rumah ibadah, tertidur di antara sendal - sendal para jemaah mushola. Aku hilang kesadaran.

Setelah beberapa jam berselang, aku sudah tergeletak di sebuah ruang yang penuh dengan buku - buku agama, tasbih di dinding, dan suara gema kitab suci yang melantun dari sebalik dinding. Setengah sadar, aku mencoba mengambil air di meja, bibirku kering dan tenggorokanku rasanya gersang. Di situasi yang masih sempoyongan tadi yang kupaksakan untuk berdiri mengambil air. Sial. aku terjatuh lagi, gelas yang hendak ku ambil pecah dan meja kayu ikut terbalik menggaduhkan suara. Aku terkapar di antara pecahan kaca - kaca, kepala terbentur cukup kuat di lantai keramik. Aku kehilangan kesadaran lagi. Dan kali ini lebih buruk, ada darah yang mengalir dilantai, ikut menyerak bersama pecahan kaca. Aku lemah, atap - atap langit kamar ini perlahan menghitam.

Aku terbangun untuk ke dua kalinya. Dengan kepala diperban, pakaian muslim gamis di badan, dan keadaan tubuh yang lebih bersih. Aku terjaga dengan lebih baik dan kuat, hanya kepala yang kurasakan perih akibat luka robek.

*aku mencatat ini diruangan mushola, tepat satu jam sebelum sholat shubuh pertamaku setelah 3 tahun tidak melaksanakannya. Terakhir adalah ketika shalat subuh berjamaah di kegiatan kampus.

Sepasang PemaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang