Bagian 10 Jarek Vio, Hafiz Khumairah

15.1K 455 39
                                    

"Gak usah kaget gitu."

"Mas tau dari mana nama itu? Saya gak pernah cerita ke mama mas."

Jarek hanya tersenyum,

"Dengan uang apapun bisa di lakukan."

"Mau mas apa sebenarnya? Kenapa mas, cari tau tentang saya?

"Saya hanya ingin kamu menjadi sekertaris saya?"

"Tapi kenapa harus saya?"

"Mendengar ibu khumairah yang gak suka sama kamu, saya sebagai laki-laki merasa direndahkan. Saya kalo di gituin akan buktiin, kalo saya layak bersanding dengan istri saya. Terlepas dari status pendidikan dan siapa keluaraga saya. Dan, kamu pergi dari rumah seharusnya kamu bisa buktiin ke keluarga kamu. Kalo kamu juga bisa sukses,  walau bukan pemilik perushaan. Tapi kamu punya gaji yang cukup bagus."

"Saya gak punya bakat jadi sekertaris."

"Apa sebelumnya kamu sama sekali belum bekerja?"

"Belum."

"Kamu nanti belajar sama sekertaris saya, atau kalo enggak. Kamu nanti belajar sama Vio. Vio dulu pernah bekerja sebagai sekertaris."

"Apa saya harus benar-benar menjadi sekertaris mas Jarek?"

"Apa kamu gak mau bertanggung jawab sama istri kamu? untuk kasih nafkah. Oh iya, kamu biasa di beri uang, bukan memberi." Ucap Jarek dengan nada suara menyindir di akhir kalimatnya.

"Saya memang belum pernah bekerja. Disini saja saya baru dua tahun, menjadi seorang guru. Tapi saya bukan orang yang tidak bertanggung jawab."

"Jadi, kamu mau jadi sekertaris saya?"

"Apa untungnya buat saya? Dan kenapa harus saya?"

"Bukankah aku tadi sudah menjawabnya. Aku tidak suka jika laki-laki di rendahkan. Jadi kalo kamu bener laki-laki,jangan mau kamu di rendahkan."

"Lagi pula bukankah hanya Allah yang bisa menilai kita ini rendah atau bukan kan? Jadi, kenapa dia yang manusia bisa merendahkan dengan mudah, diri kita yang sama-sama manusia ini?" Lanjut Jarek bertanya.

"Manusia emang kaya gitu mas."

"Iya, aku tau itu. Jadi gimana? Apa kamu mau?"

"Maaf mas, saya gak bisa."

"Kenapa?"

"Saya lebih nyaman disini?"

"Lebih nyaman disini, atau takut seseorang akan menemukan kamu?"

"Apa maksud mas?"

"Apa aku harus menceritakan secara detail?"

"Apa yang mas tau?"

"Kamu mau tanya apa, keluarga kamu, atau urusan asmara mu."

Hafiz menatap Jarek dengan pandangan tidak percaya. Jarek benar-benar tau siapa dirinya.

Skipp....

Pagi pun tiba, semua orang sedang bersiap untuk acara akad yang akan di lakasanakan di masjid pondok pesantren. Tidak ada resepsi mewah yang diadakan. Jarek di minta untuk menjadi saksi di pernikahan Khumairah dan Hafiz.

Acara ijab kabul pun dimulai, wajah Hafiz begitu tegang. Jarek menepuk pundak Hafiz.

"Tenang, gak usah grogi. Kamu bukan mau di hakimin, tapi mau menikah."

Hafiz hanya mengangguk tanpa berucap. Acara ijab kabul pun di mulai.

"Saudara Damario Hafiz Bagaskoro, saya nikahkan engkau dengan putri saya Annisa Khumairah binti Harto Budiono dengan mas kawinnya seperangkat alat sholat dan uang sebesar 2 juta 500 ribu rupiah di bayar tunai."

Wedding StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang