Kunci

88 13 3
                                    

Crystal masih menikmati rasa sakit yang diberikan Angello padanya, Angello sudah menghancurkan pelindung hatinya hingga tak bersisa. Crystal tak tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi, satu-satunya orang yang akan menolongnya telah membuangnya secara kasar!, jika Angello tidak dapat membantunya maka hanya dirinya sendiri yang mampu membantunya.

“Crys?, akhirnya kamu ketemu!, kamu…” Eliza membawa Hp nya sebagai senter di tangannya, ia berinisiatif mencari Crystal saat ia tak menemukan Crystal di kamar asrama. Eliza menemukan Crystal sedang duduk termenung di bangku kayu,  dan matanya terlihat sembab.

Eliza tidak tahu masalah apa yang sedang dihadapi Crystal, ia juga tidak ingin memaksa Crystal untuk bercerita, biarkan saja Crystal yang menceritakannya sendiri tanpa paksaan.

“masuk kamar gih!, besok kan kita ada kelas” ucapan Eliza diangguki oleh Crystal.

***

Seorang wanita berjalan memasuki ruangan pemilik Heaber University dengan membawa secangkir teh di atas baki.

Ia menunduk sejenak memberi hormat kepada pemilik ruangan sebelum meninggal kan pintu yang ditutup di belakangnya.

Juliana sedang membaca majalah mingguannya, ia menginterupsi sekretaris pribadinya yang membawa cangkir berisi teh untuk menyimpan cangkir tersebut di mejanya.

Juliana menikmati teh paginya hingga sesuatu dipikirannya seakan mengingatkan sesuatu. Juliana menatap Sekretarisnya sebentar lalu ia mengeluarkan pertanyaan tentang anak tunggalnya itu.

“Tuan Muda Angello semalam datang kesini, tapi baru beberapa menit dia masuk, tuan Angello terlihat marah dan tergesa-gesa pergi”. Jelas Sekretarisnya.

Juliana mengangkat  satu alisnya, Malam itu Angello tidak menemui Juliana, lantas siapa yang ditemuinya hingga meninggal kan Heaber dengan keadaan marah.

“saya sengaja mengecek CCTv, dan saya mendapati tuan muda sedang berbicara dengan salah satu siswi Heaber sebelum pergi” Sekretaris tersebut memberikan tablet kepada Juliana yang memperlihatkan CCTv malam itu.

“ini kan Crystal, anaknya Elisa!” Juliana meneruskan tontonannya hingga Angello dan Crystal terlihat berdebat kecil. Julian tersenyum lucu saat melihat interaksi keduanya, hingga Crystal mengeluarkan benda tersebut dari sakunya yang membuat Angello marah seketika.

Juliana tatkala kaget juga melihat benda yang dipegang Crystal, ia sengaja memperbesar gambar di tab itu memastikan bahwa yang dilihatnya adalah benar.

“astaga ini tidak mungkin!” ucap Juliana lantang yang membuat Sekretarisnya terkejut.

“ada apa Bu?” tanya Sekretarisnya dengan panik.

“bawa Crystal padaku sekarang juga!” Ucap Juliana tak terbantahkan.

***

Crystal berjalan melintasi koridor yang sepi karena saat ini semua mata pelajaran telah dimulai, ia awalnya mengikuti proses belajar yang tentu saja fokusnya tidak pada guru yang menjelaskan di depan, tetapi pikirannya melayang-layang pada reaksi Angello semalam. Kepalanya sangat berat karena menangis semalam, Crystal tahu Eliza dapat melihat matanya yang bengkak tapi Eliza maupun Calysta tak ada yang bertanya apa yang membuatnya menangis dan itu membuatnya lega. Ia tidak ingin menjelaskan apapun tentang Angello saat ini, jika nama pria itu keluar dari mulutnya sekali lagi, pasti tangisnya akan lebih parah dari semalam.

“Crystal! …” tak ada jawaban dari Crystal, Ia hanya menatap kosong pada bukunya.

“Crystal!! …” Sekali lagi panggilan itu tak kunjung menyadarkan Crystal. Semua mata kini menatapnya yang tengah diam seperti patung menatap buku kosong tak terukir apapun.

“Crystal Audeva!!!” kali ini Guru itu menyebutkan nama lengkapnya dan Crystal masih saja bengong di tempatnya.

Eliza yang melihat hal itu menjadi gemas, Eliza menyikut lengan Crystal hingga Crystal tersadar dari lamunannya dan menatap Eliza dengan penuh tanda tanya. Eliza memberi kode dengan menaikkan dagunya dengan matanya yang melirik ke depan. Calysta di samping Eliza ikut berbisik dengan kesal bahwa dirinya dipanggil oleh guru yang mengajar saat ini.

Crystal gelagapan sambil menjawab “ya, miss?” dengan terbata-bata. Ia dilirik oleh seluruh siswi yang berada di ruangan itu.

“kau dipanggil oleh pemilik yayasan, Cepat kesana!” guru itu berucap sebal, ingin sekali ia menghukum Crystal sebab Crystal melalaikan pelajarannya.

Crystal dengan cepat berdiri dan mengikuti Sekretaris Juliana yang sedang menunggu di luar ruangan.

Sesampainya di ruangan tersebut Crystal menatap pintu besar itu dengan cemas. Ibunya Angello tahu!, Suara itu seperti berbisik di telinganya. Crystal menggelengkan kepalanya menghilangkan suara tersebut.

“silahkan masuk!” ucapan Sekretaris Juliana mengembalikan pikiran Crystal ke dunia nyata. Crystal tak menjawab ataupun menolak, ia terus berjalan masuk ke ruangan Juliana sampai di depan meja kerja Juliana yang nampak sangat besar.

Sedikit peralatan tulis di sisi kanan meja itu, bagian tengahnya kosong sedangkan di sisi kirinya ada bingkai foto kecil menghadap kursi kebesaran Juliana. “apa yang menarik dari meja itu?” ucapan itu mengalihkan pandangan Crystal dengan cepat.

Juliana duduk di sofa yang berada di sudut ruangan ia menepuk tempat kosong di sampingnya dengan memberikan kode kepada Crystal untuk duduk di sampingnya.

Crystal dengan kikuk menuruti perintah juliana.

"Berikan kunci itu Crystal!" Ucap juliana dengan wajah serius.

***

20/02/19

Alergic to SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang