🍁 Prolog 🍁

609 115 38
                                    

————

"Ada hati yang menanti untuk disinggahi sebab telah lama ditinggal pergi."

————


"KAK, Nay udah selesai gambalnya," ujar seorang gadis kecil berkepang dua sembari memamerkan hasil karyanya pada kakak lelakinya.

"Gambar, Nay. Bukan Gambal," komentar sang kakak.

"Iya, gambal. Gambalnya bagus, 'kan?"

Anak lelaki itu pun mendengkus seraya berkata, "Iya bagus, kok, tapi tu ada yang salah, Nay. Harusnya awan itu warnanya putih, bukan biru."

Nay merengut. Kecewaan tampak di wajahnya.  "Yah, padahal Nay udah capek banget. Tangan Nay juga sampe bilu-bilu gini."

Sang kakak terkekeh pelan ketika melihat ekspresi Nay yang menurutnya lucu. Dia pun berkata, "Nay jangan sedih, ya. Nanti Kakak bantu Nanay buat gambar lagi."

Mata Nay berbinar. "Benelan, Kak?" Nay bersemangat.

"Iya, Nay. Nanti Kakak bantuin, tapi sekarang kakak mau pergi beli es krim dulu. Nay tunggu di sini."

"Holee! Es klimnya lasa stlobeli, ya, Kak."

"Iya, Nay. Tunggu, ya. Kakak pasti akan kembali lagi."

"Iya, Kak. Nay akan selalu nunggu Kakak. Nay sayang sama Kakak."

***

Mengingat kejadian itu, seorang gadis yang kini tengah terduduk di balkon kamarnya kembali merasakan sakitnya kehilangan. Ia kembali merasakan sakitnya ditinggalkan. Pasalnya, seorang anak lelaki yang dia kenal dua belas tahun lalu telah pergi untuk meninggalkannya.

Naysilla Putri Oktavia. Seorang gadis tangguh yang sebenarnya rapuh. Dia terlahir dan dibesarkan oleh didikan seorang ayah yang hebat dan seorang ibu yang sangat luar biasa. Kini, dia genap berusia tujuh belas tahun. Mengenyam bangku pendidikan di SMK Tunas Bangsa jurusan Multimedia.

Naysilla Putri Oktavia. Seorang gadis yang hanya bisa menunjukkan sisi lain dari dirinya ketika sedang berteman dengan sepi. Tak jarang, air matanya mengalir begitu saja saat ia sedang sendiri. Hingga saat ini masih menunggu seseorang yang telah berjanji untuk membantunya menyelesaikan gambar yang telah dia buat. Tak peduli selama apa pun, dia akan tetap menunggu hingga lelaki itu kembali dan menepati janjinya.

"Kak, Nay akan selalu nunggu Kakak," lirih Nay pelan disertai dengan air mata yang sudah tak terbendungkan lagi di pelupuk matanya. "Sampai kapan pun, Nay akan selalu nunggu Kakak."

——bersambung——

.

.

Halo!
Dedek Blank datang lagi dengan membawa cerita baru. Vote, komentar, dan krisarnya ditunggu, ya.
Terima kasih.

Salam, Mira Blank.🌹

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang