Hujan Meteor

2.2K 116 1
                                    

HAHAHAHAHAHA...
tawa Toneri begitu menggelegar. Cahaya hijau kebiruan keluar dari tubuhnya. Tubuh Hinata tergolek lemah tidak sadarkan diri. Sakura berlari menuju tempat Hinata dengan maksud menyelamatkanya. Tapi tiba-tiba dia terpental jauh.. dan menabrak daratan dengan sangat keras.
"Jangan sentuh istriku. Dia istriku sekarang" ucap Toneri geram.
"Beraninya kau.....!" Sergah Naruto. Tubuhnya kini sudah dalam mode kyubi nya. Syal merah yang dia ikatkan dileher nampak berkibar-kibar. Secepat kilat Naruto melesat ke arah Toneri. Pertarungan taijutsu pun berlangsung sangat sengit. Ledakan terjadi di mana-mana. Toneri terus saja tersenyum licik sambil terus menangkis serangan Naruto. Dia tidak melawanya. Saat Naruto berhenti, Toneri kembali tertawa terbahak bahak.
"Hahahahahahaha.. Naruto, tidakah kau sadari apa yang ada di atasmu ?"
Naruto sedikit tak mengerti. Dia pun mendongak ke atas. Bola-bola api yang sedari tadi ada diatasnya tidak begitu dia perhatikan. Bola api itu melesat terbang dengan cepat ke arah bumi.
"Itu.... " ucap Shikamaru. Dia memang jenius. Dia paham sekarang maksud Toneri yang akan menghancurkan bumi.
"Meteor itu akan menghantam bumi." Ujar sai. Alisnya menyerngit.
"Baguslah kalau kalian paham. Mata ini adalah sumber kekuatan sehingga aku bisa menggerakan meteor meteor itu untuk menghancurkan bumi. Hahahaha"
"Bedebah kau Toneri..." tangan Naruto mengepal. Secepat kilat dia melemparkan rasengganya. Pertarungan kembali terjadi. Ledakan chakra antar keduanya pun semakin membuat meriah pertarungan Naruto dan Toneri. Sedangkan Shikamaru, Sai dan Sakura menghalau boneka boneka yang entah datang dari mana. Boneka itu terus saja menghalangi shikamaru dan teman-temanya untuk mengambil Hinata.
Sementara itu di bumi...
"Rokudaime_sama.. ada benda bersinar mendekati desa." Ucap seorang jounin dengan tergesa-gesa. Kakashi memutar kursi nya dan menghadap ke jendela di ruangan hokage nya. Matanya membulat. 'Jadi firasatku benar' batunya.
Kakashi segera melompat keluar jendela. Benda bersinar itu semakin mendekati desa. 'Itu terlihat sangat berbahaya.' Ketika jaraknya sudah cukup dekat, Kakashi memberikan instruksi kepada para jounin yang ada di belakangnya.
"Cepat berikan tanda peringatan bahaya. Bawa para penduduk ke tempat yang aman. Sekarang !"
"Baik.. rokudaime sama"
Para warga terlihat berlarian di bawah instruksi para shinobi. Beberapa teman Naruto pun terlihat membantu proses evakuasi warga. Kakashi memperhatikan benar benda besar itu yang semakin mendekat ke arah desa. Dengan sekali hentakan dia melompat. Lantai pijakanya tadi pun retak seketika karena lompatan Kakashi. Dia melesat cukup tinggi. Kemudian mengumpulkan chakra ditanganya.
"Shinden....."
Cahaya ungu dari tangan Kakashi melesat cepat di udara. Menabrak benda besar itu di udara dan hasilnya luarbiasa. Benda itu hancur berkeping-keping menjadi butiran debu    berkilau ungu yang turun layaknya hujan.
Kakashi mengecilkan pupilnya. "Sial.. benda itu masih banyak" gerutu nya. Dia mengamato sekitar. Melambai ke siapa saja yang melihat lambainya. Banyak jounin yang terkumpul. Termasuk tim rockie 12, teman-teman Naruto.
"Kita harua menghancurkan benda itu. Sebelum benda itu menghancurkan kita. Oleh karena itu, kita perlu menggabungkan kekuatan. Bergabunglah dengan klan kalian, dan hancurkan benda itu dengan segala teknik yang kalian miliki. Kita harus bisa menyelamatkan warga." Jelas Kakashi mantap.
"Tapi .. Kakashi-san. Sebenarnya benda apa itu ?" Inuzuka Kiba mulai membuka suara.
"Meteor" jawab Kakashi singkat.
.
.
.
Naruto menyatukan alisnya. Ternyata Toneri benar-benar serius dengan rencananya menghancurkan bumi. Naruto menggertakan giginya geram. Amarahnya memuncak. Dia melayangkan beberapa jutsu andalanya dan berhasil ditangkis dengan mudah oleh Toneri. Mata Toneri seakan bisa membaca gerakan lawanya. Ini bukan kekuatan byakugan. Bahkan kekuatan sharinggan milik Sasuke pun bisa dia kuasai. Ini gawat. Ternyata dojutsu ini benar-benar dojutsu terkuat.
Ditempat lain, Shikamaru berhasil menjerat boneka - boneka kayu itu dengan Kageshimari. Sedangkan Sai, membuat beberapa boneka hancur berkeping-keping karena cakaran binatang buas hasil choju giga. Sementara Shikamaru dan Sai berhasil melumpuhkan para boneka, Sakura berhasil menyelinap menuju tempat Hinata yang masih tak sadarkan diri. Dia perlahan memapah tubuh Hinata menjauh dari kekacauan itu. Shikamaru merebahkan tubuh Hinata dibalik batu yang cukup besar. Tanganya mengeluarkan cahaya emerald dan mengarahkanya ke tubuh Hinata. 'Hinata, bertahanlah.' Batin Sakura.

Hinata pov..
Aku merasa tubuhku mati rasa sekarang. Seperti ada benda yang mengikatku supaya aku tak bisa bergerak. Sakit disekujur tubuhku. Bahkan luka akibat tertusuk di perutku membuat seluruh bagian tubuh ku kebas dan mati rasa. Aku merasakan cahaya aneh melalui mata ku. Dan sejak itu aku merasakan kehilangan sesuatu sebelum kesadaranku benar-benar menghilang. Mata ku. Ada seseorang yang mengambil mataku.
"Hinata.. hinata..."
Aku merasakan seseorang memanggil namaku. Dia terus mengalirkan chakra supaya luka-luka ku sembuh. Ya.. ini pasti Sakura. Perlahan aku mencoba menggerakan tanganya. Mencoba menghentikan upaya Sakura yang mengobatiku, karena jika dia melakukanya terus, chakranya lah yang akan habis. Aku meraih tangan Sakura.
"Sakura chan.. sudah." Rintihku perlahan.
"Ini belum selesai Hinata. Tetaplah diam."
"Tidak Sakura chan, kau bisa menghabiskan chakramu." Aku pun berusaha untuk duduk dan dibantu oleh Sakura. Aku berusaha membuka mataku. Tapi sial.. itu terasa sangat sakit. Dan aku tak bisa membukanya.
"Aaarh"
"Hinata..matamu.."
"Ini menyakitkan Sakura chan." Aku terus memegangi bagian mataku yang masih tertutup..
"Dimana Naruto dan lainya?"
"Mereka sedang bertarung dengan Toneri."
"Sakura chan, Toneri harus dilawan dengan chakra yang sama denganya. Jika tidak, chakra kita bisa diserap olehnya."

Hinata pov end.

naruhina "on the moon" (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang