Musim Semi

4.5K 154 8
                                    

Pagi ini terlihat begitu cerah cuaca dilangit konoha. Bunga sakura bermekaran, bunga-bunga lain pun ikut bermekaran menambah warna di Konoha. Ya.. ini musim semi kedua setelah Naruto melamar Hinata. Beberapa Shinobi di desa terlihat amat sibuk membawa beberapa kursi dan menggotong meja panjang disana-sini. Terlihat Yamanaka Ino mondar mandir sambil membawa berkeranjang-keranjang bunga lili dan lavender. Disusul oleh beberapa orang dari klan nya yang juga membawa bebagai jenis bunga. Neji Hyuga sangat terlihat bersemangat mengatur meja-meja dan kursi dengan dibantu Tenten. Sedangkan Choji Akimichi, bukannya membantu merapikan makanan dimeja, tapi malah mencicipi semua makanan yang terhidang dengan air liurnya yang seakan terus menetes. Sakura tak henti-henti nya mengomel karena ulah Choji. Kiba dan Shina terlihat begitu rapi dengan setelan jas putih dan rambut yang disisir miring, tentu saja Shino masih dengan kacamatanya. Akamaru? Aah jangan lupakan anjing itu, dia memakai dasi kupu-kupu merah dilehernya. Sasuke, Sai dan Shikamaru berdiri di bawah pohon sambil memperhatikan suasana pagi itu.
"Aku benar-benar tidak menyangka Naruto yang memulainya". Ujar Sai.
"Itu sangat merepotkan". Sahut Shikamaru dengan wajah malasnya.
"Naruto memang pantas bahagia". Sambung Sasuke. Sai dan Shikamaru sedikit terkejut karena Sasuke menyambung obrolanya. Mata kanan Sasuke terlihat menatap jendela gedung bertingkat itu dan mengamati sosok pria berambut pirang yang berdiri.
Ya.. hari ini di musim semi, setelah 2 tahun lalu Naruto melamar Hinata, Naruto pun akhirnya menikahi Hinata. Itu waktu yang cukup lama. Tapi otu sengaja dilakukan Naruto. Dia benar-benar berkerja keras selama ini untuk mengumpulkan uang. Bahkan dia bisa membeli rumah sendiri. Dia bertekad tidak akan membiarkan Hinata hidup di apartemenya yang kecil dan berantakan. Dia berkerja keras menjalankan misi dari rank A sampe S sekalipun. Kakashi juga mengerti keadaan Naruto, sehingga dia selalu memberinya misi. Naruto bukan Ninja biasa. Pamornya di dunia Shinobi benar-benar menduduki peringkat teratas setelah perabg Shinobi berakhir. Naruto banyak menjalankan misi yang sangat bahaya dan mendapatkan bayaran yang amat besar srtiap misinya. Pernah suatu hari dia hampir mati karena harus berurusan dengan zetsu putih di hutan terlarang ketika menjalan misi nya. Namun tetep saja, dia menang. Hanya saja dia kembali ke konoha dengan keadaan yang sangat buruk dan harus dirawat di rumah sakit. Jika sudah seperti itu, Hinata lah manusia pertama yang merasa begitu terpukul. Melihat Naruto berkerja mati-matian demi membahagiakanya membuat Hinata tidak tega. Dia pun akhirnya ikut meminta misi pada Kakashi. Padahal adat di konoha mengharuskan wanita tetap tinggal dirumah ketika dia sudah dilamar orang. Hinata tidak memperdulikan itu. Dia tetap menjalankan misi dan bahkan membanti Sakura dirumah sakit untuk mendapatkan uang dan membantu Naruto. Padahal, uang bagi Hyuga bukanlah masalah. Namun Naruto tetap keras kepala terhadap tujuanya tersebut. Ya.. naruto selalu keras kepala.

Hanabi merapikan kimono putih kakaknya.
"Kak, ini sudah saatnya"
"Sebentar lagi Hanabi"
"Kau harus menemui Naruto san"
Hinata memandang mata Hanabi yang sama persis dengan matanya. Dia bahagia, takut, gembira, cemas dan lain sebagainya. Seolah Hanabi mengerti perasaan kakaknya, dia tersenyum dan memeluk Hinata yang masih terduduk di depan meja rias.
"Kau akan bahagia. Kau mendapatkan cintamu"
Hinata begitu terharu dengan ucapan Hanabi. Dia mempererat pelukanya dan menitikan air mata.
"Aku sangat bahagia, Hanabi."
Suara pintu terbuka. Nampak pemuda gagah dengan Kimono khas pengantin berwarna hitam, tersenyum ke arah kakak beradik tersebut.
"Hinata ini sudah waktunya."
Hinata bangkit. Mendekati Naruto dan meraih tanganya yang terulur untuk menggandeng Hinata. Hinata menghentikan langkahnya. Dia menatap mata Naruto dalam dalam. Mata beriris biru sedalam lautan yang teduh dan menyejukan. Menelisik apakah ada keraguan di mata itu, tapi Hinata tak menemukanya.
"Kau begitu cantik, nyonya uzumaki"
"Naruto kun.. kau juga sangat tampan."
"Cepatlah.. atau Tenmari akan mengamuk karena kita terlambat." Ujar Naruto sambil menunjukan cengiran khasnya.
Hinata berjalan beriringan kedepan kuil dimana Hiasi dan Iruka menunggu. Tunggu, kenapa Iruka? Ya.. Iruka adalah guru Naruto sejak dia masih di akademi. Naruto meminta Iruka untuk menjadi wali dipernikahanya.
Pernikahan itu sengaja di langsungkan dihalaman kuil bukan didalam kuil. Naruto meminta itu. Karena dia ingin menikah sambil menghadap patung hokage dimana disana terpahat wajah Minato Namikaze, ayahnya. Semua orang pun memaklumi hal itu. Siapa yang  ingin menikah tanpa ada ayah? Naruto benar-benar mengalami masa sulit selama hidupnya. Tanpa orang tua, dan dibenci oleh penduduk desa. Tapi sekarang. Dimatanya ada sesosok perempuan lembut yang menjadi satu-satunya harta yang dia miliki.
Puluhan aah tidak ratusan orang menatap kearah sepasang pengantin yang baru saja mengucapkan janji suci mereka. Mereka saling berciuman... dan bersiap untuk bahagia bersama.
.
.
.
.
.
.
"Oeeeeeeek oeeeeeeek"
Suara tangisan bayi itu begitu melengking di lantai 2 rumah sederhana itu. Hinata berlari kecil sambil mengelap tanganya yang basah karena sedang mencuci piring ke rok yang dia pakai. Rambut panjangnya diikat ekor kuda, mengibas ke kanan kiri seiring dengan langkah.
"Cup cup Hima sayaaang... mama disini nak.." ucapnya sambil menggendong bayi perempuan yang baru seminggu lalu lahir. Bayi bermata biru dan berambut indigo dengan dua guratan di masing-masing pipinya.
Sang bayi pun tampak tenang dalam gendongan ibunya. Hinata berjalan keluar kamar dan menuju taman belakang tempat suami dan anak pertama nya sedang bermain bersama.
"Aah.. Hinata? Apakah Himawari terbangun gara-gara suara kami?"
"Aaah Himawari bangun! Kemarikan ibu.. biarkan aku menggendongnya" rengek lelaki berumur 5 tahun yang tampak persis seperti Naruto.
"Jangan Boruto. Kau belum bisa menggendongnya. Kalian bermain berisik sekali. Himawari jadi terbangun."
Hinata agak kesal sekarang. Dia baru sempat cuci piring dan sekarang pekerjaanya itu harus tertunda.
"Aahaha gomen Hinata... kemarikan. Biar aku menggendongnya" bujuk Naruto. Dia tau kalau istrinya sedang kesal.
Naruto menyuruh Boruta duduk bersandarkan tembok teras. Dia meletakan bantal di atas pangkuanya. Kemudian dengan hati-hati, Naruto meletakan himawari ke pangkuan Boruto. Mata boruto berbinar. Takjub memandang adik kecilnya di atas pangkuanya.
"Seperti ini saja. Kau belum bisa menggendongnya. Hati-hatilah." Ucap Naruto lembut sambil mengelus rambut pirang anak lelakinya.
Hinata duduk disamping Boruto. Mereka berempat tersenyum memandangi Himawari yang tertidur.

Ya benar.
Uzumaki Naruto. Uzumaki Hinata. Uzumaki Boruto. Uzumaki Himawari.
.
.
.
.
End

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

naruhina "on the moon" (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang