Byakugan No Hime

2.5K 122 2
                                    

Hinata mencoba berdiri. Dia benar-benar tidak bisa membuka matanya. Rasa sakit menjalar diseluruh tubuhnya. Berkali-kali Sakura berniat mengobatinya, namun Hinata menolak. Ya, kita harus hemat chakra di tempat seperti ini. Sakura pun mengangguk mengerti. Dia hanya menggunakan jutsu penyembuhnya hanya untuk menutup luka Hinata agar tidak terlalu banyak pendarahan. Shikamaru dan Sai telah selesai dengan  boneka terakhirnya. Nafas mereka tersenggal, begitu lelah menghadapi musuh yang tak ada habisnya. Shikamaru terkejut melihat ke arah Sakura yang sedang memapah Hinata. Dia dan Sai segera berlari menghampiri mereka berdua.
"Hinata, kau tak apa?" Tanya Shikamaru. Tanganya menggenggam bahu Hinata. Hinata hanya tersenyum.
"Hinata chan, matamu...."ucap Sai dengan sorot mata meredup. Tanganya mengusap pipi hinata yang penuh noda darah yang sudah mengering.
Hinata meraih tangan Sai dipipinya, meremasnya perlahan, dan menurunkanya.
"Aku tak apa Sai kun."
"Kau terlihat sangat kacau. Lebih baik kau memakai ini. " ucap Shikamaru sambil mengeluarkan mantel dari dalam ranselnya. Hinata memang kacau. Menggunakan pakaian yang terkoyak. Dia menerima mantel yang diberikan Shikamaru dan memakainya.
Agak jauh dari mereka berempat, Naruto masih saja bertarung dengan Toneri. Pedang panjang yang Toneri keluarkan, hampir saja mengenai tubuh Naruto. Naruto terbelalak, itu seperti jarum chakra yang sangat panjang. Naruto menghindar, namun tubuhnya terdorong ke tanah dengan keras. Pedang chakra itu mengarah ke Naruto terbaring di tanah. Dia berguling dengan cepat menghindari chakra berbahaya itu.
"Ziiiiiiiiiiiiiinnnngggg" pedang chakra itu mengeluarkan bunyi yang mengerikan saat menyentuh tanah. Tembus dan terus menembus kedalam tanah. Tanah disekitarnya berguncang hebat dan debu serta batu-batu pun bergetar berhamburan. Sakura mendekap tubub Hinata yang terhuyung karena guncangan itu. Sai dan Shikamaru berjaga sambil mengawasi sekitar. Benda seperti pedang itu terus membelah permukaan tanah dan hasilnya...
"Terbelaaah" ucap Shikamaru.
.
.
.
Sementara itu di bumi...

Kakashi masih bersiap dengan kuda-kudanya di atap kantor hokage. Dibawah sana, beberapa shinobi dengan cekatan mengevakuasi warga untuk berlari menuju tempat yang aman. Beberapa jounin teman Naruto masih terlihat saling melempar teknik untuk mengjancurkan meteor yang terus menuju desa. Ternyata tidak hanya di konoha saja. Hampir di selurih tempat mengalami hal yang sama. Termasuk di 4 desa besar lainya. Gara, sang Kazegake pum terlihat sibuk bersama Jounin Sunagakure lainya.
"Sebenarnya apa ini? Ucap Gara dalam hati. "Temari, bisa kah kau menghubungkan aku dengan konoha?"
Temari mengangguk lalu melesat menuju kantor kazegake.
"Hokage sama, para kage ingin bicara dengan mu." Ucap seorang jounin. Kakashi mengangguk, kemudian masuk ke dalam kantor menuju ruang telekomunikasi nya. Ada 4 layar besar disana, setiap layar menampilkan wajah panik para kage.
"Hokage, sebenarnya ada apa ini?" Tanya sang mizukage.
"Aku pusing sekali" sambung reikage.
"Jelaskan situasi nya Kakashi." Ucap gara.
"Baiklah, tim sains Konoha menemukan bahwa jarak antara bumi dan bulan semakin mendekat. Bulan, aku yakin ini bukan kejadian alami."
"Apa maksudmu?" Sambung Tsucikage.
"Kalian ingat Kaguya Otsusuki kan ? Bukanya Naruto dan Sasuke menyegelnya kembali ke bulan ? Dan sekarang bulan seolah mendekatkan diri ke bumi. Tentunya ini tidak baik. Gravitasi bumi akan menghancurkan bulan dan serpihanya akan menghantam bumi. Dan selanjutnya, bumi akan.."
"Hancur" sela Gara.
"Hal ini bisa kita cegah. Dari jarak ini, kita bisa menghancurkan bulan sebelum bulan benar-benar menghancurkan bumi. Ini bisa diatasi, asal sekaranglah waktunya. Menghabisi serpihan bulan bulan itu akan lebih sederhana dari pada bulanya yang jatuh." Jelas reikage.
Seketika wajah para kage pun terkejut. Menghancurkan bulan? Apa itu ideyang bagus. Alis mata kakashi terlihat menyatu, dia yang biasanya tenang kini berkeringat memikirkan perkataan reikage. Firasatnya mengatakan, ini bukan ide bagus.
"Aku setuju dengan mu reika...."
"Tunggu..."
Ucapan Mizukage terputus ketika ada seseorang dibelakang Kakashi menyela dan ikut berbicara.
"Neji..." kakashi begitu terkejut dengan kehadiran Neji. Neji bernafas tersenggal, ya.. dia memang dalam keadaan terluka parah akibat serangan misterius di kediaman Hyuga. Neji melangkah tertatih, dia memapah sosok lelaki tua dengan mata yang sama dengan Neji dan Hinata.
"Hiashi_sama.. ada apa? Kau terluka. Kenapa kau kemari?" Ucap Kakashi seraya bangkit dari duduknya dan membantu Neji memapah Hiashi ke kursi di sebelahnya. Hiashi duduk dengan bantuan Neji dan Kakashi.
"Aku mohon pada kalian, jangan hancurkan bulan." Ucapnya lirih namun terdengar jelas oleh monitor yang menampilkan wajah para kage.
"Ada apa?" Tanya Gara.
"Hinata... Hinata... ya.. dia ada disana. Tolong.. bisa-bisa kalian nanti malah membunuhnya...uhuuk" hiashi sedikit bersusah payah untuk bicara.
Semuanya terperangah kaget. Kecuali Kakashi. Dia memang sudang mengira, insiden penculikan Hinata ada hubunganya dengan kejadian ini. Kemudian Hiashi menceritakan tentang kejadian yang menimpa seluruh anggota klan Hyuga dan juga maksud dari Toneri menculik hinata.
Semuanya diam, memperhatikan cerita Hiashi.
"Jadi begitu... " komentar Tsucikage setelah ceritanya selesai.
Yang lainya menangguk. Masalah  ini akan menjadi lebih rumit.
Sasuke melangkah dengam sediki berlari menuju ruang komunikasi. Membuka pintunya dengan kasar dan berteriak.
"Kakashi, kurama ada di bulan. "
Yang lain terkejut. Berarti Naruto dan kawanya ada disana, jika bulan dihancurkan, maka  Naruto dan lainya akan .....
.
.
.
Kembali ke bulan.
Dataran tanah mulai terbelah. Hampir saja Naruto terjatuh ke dalam jurang yang baru terbentuk itu. Naruto mengedarkan pandanganya, mencari-cari keberadaan teman-temanya. Syukurlah. Dia membatin. Dia melihat Shikamaru dan lainya.. dan juga. Tunggu.. itu Hinata. Mereka berhasil menyelamatkan Hinata. Naruto sangat senang melihatnya. Dia mengabaikan Toneri yang masih tertawa terbahak-bahak tanpa menyadari bahwa Naruto melesat dengan kecepatan tinggi menuju kawan-kawanya. Naruto sangat bahagia melihat Hinata. Namun hatinya tiba-tiba teriris melihat keadaan Hinata yang sangan kacau. Belum lagi matanya, terpejam penuh kekosongan.
"Hinata" ucapnya lirih.
Hinata menyadari kehadiran Naruto. Dia berjalan dibimbing oleh Shikamaru mendekat kearah Naruto. Naruto melangkah cepat dan greeeeeeeep... dia memeluk tubuh mungil Hinata.
"Gomen... gomenasai Hinata.."
"Naruto kun, kau memakai syal ?" Tanya Hinata ketika tanganya meraba sesuati dileher Naruto saat dia membalas pelukan Naruto.
"Iya.. syal merah buatanmu.."
"Ta..tapi.. itu bel..lum selesai.."
"Kalau begitu, mari kita pulang.. dan selesaikan ini.." ucap Naruto sambil mengeratkan pelukanya.
"KURANG AJAAAAAR! MENJAUH DARI ISTRIKU..." Toneri menjerit.

naruhina "on the moon" (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang