Chapter 21

461 54 9
                                    

Pagi telah tiba. Seperti biasa Jisoo terbangun dari tidurnya tepat jam 6 pagi. Sudah menjadi kebiasaannya untuk bangun pagi terkecuali ia benar benar lelah.

Jisoo membersihkan tempat tidurnya sebelum ia membersihkan dirinya. Setelah urusan di kamar nya selesai. Ia membuat sarapan kecil untuk menganjal perutnya.

Satu jam lagi ia harus bertemu dengan ibunya Taeyong. Jisoo mempercepat makannya agar ia tak tertinggal bus pagi. Dan juga agar tidak membuat menunggu ibunya Taeyong. Lebih baik ia yang menunggu dari pada ibunya Taeyong.

Setelah selesai sarapan. Jisoo bersiap untuk pergi. Ia keluar dari apartemennya dan berjalan menuju keluar gedung apartemen ini.

Pagi ini cuaca sangat cerah. Melihat beberapa orang pejalan kaki menikmati cuaca pagi ini. Termasuk dengan Jisoo yang menikmati udara segar di pagi hari.

Ia berjalan menuju halte bus. Dan menunggu bus yang ia tuju. Hari ini adalah hari minggu. Mungkin setiap orang akan menghabiskan waktu nya dengan bersantai di rumah dibandikan keluar rumah.

Ahh terkadang Jisoo iri dengan semua orang, yang memiliki waktu senggang nya untuk bersantai di rumah. Biasanya setiap minggu pagi, Taeyong selalu mengajak dirinya untuk berlari pagi di taman yang tak jauh dari perusahannya. Namun kali ini tidak. Mungkin saja Taeyong sedang lelah.

Bus bewarna biru berhenti tepat di depan halte. Beberapa orang ada yang keluar dan ada yang masuk ke dalam bus. Jisoo memasuki bus dan menduduki tempat duduk tepat di pinggir. Ia bisa melihat jalanan di pagi hari lewat jendela kaca besar bus ini.

20 menit berlalu. Bus yang ditumpangi Jisoo berhenti di sebuah halte dekat dengan perusahaan nya. Ya cafe yang di tuju oleh ibunya Taeyong, cafe yang berada tepat di seberang perusahaan Taeyong. Cafe yang sering Jisoo dan Taeyong kunjungi saat jam makan siang.

Jisoo melirik jam yang melilit di pergelangan tangannya sebelah kiri. Kurang sepuluh menit lagi jam 10. Semoga saja ibunya Taeyong belum datang.

Tetapi takdir berkata lain. Saat Jisoo memasuki cafe tersebut. Terlihat di ujung sana terdapat ibunya Taeyong yang sedang menunggu dirinya.

Jisoo merutuki dirinya karna keterlambatan nya. Ahh mengapa ia tak bangun lebih cepat tadi atau seharusnya ia tidak sarapan terlebih dahulu.
Toh ujung ujung nya akan makan disini walaupun hanya makanan ringan.

Jisoo menghampiri ibunya Taeyong. Seraya membungkukkan badannya dengan sopan guna menyapa ibunya Taeyong.

"Maafkan saya yang terlambat. Tidak seharusnya saya membuat ahjumma menunggu"

"Ahh tidak apa apa. Silahkan duduk. Kau mau pesan apa. Pilih pilih lah dulu" ucap ibunya Taeyong dengan manis.

Jisoo hanya tersenyum dan melihat lihat menu di cafe ini. Setelah ia memesan pesanannya. Suasana keheningan menyelimuti mereka. Hingga ibunya Taeyong yang membuka suara.

"Bagaimana bekerja di perusahan Taeyong? Menyenangkan?" tanya ibunya Taeyong.

"Tentu saja menyenangkan Ahjumma. Tuhan masih memberikan ku pekerjaan"

Jisoo berusaha menahan gugupnya dengan tersenyum manis ke arah ibunya Taeyong. Yang juga di balas senyuman manis oleh ibunya Taeyong.

Hingga seorang pelayan mengantarkan pesanan Jisoo dan berlalu setelah meletakkan pesanan Jisoo.

"Minumlah dulu"

Jisoo menyedot minumannya. Begitupula dengan ibunya Taeyong yang juga meminum minumannya.

"Sudah berapa lama hubungan mu dengan Taeyong?" pertanyaan ibunya Taeyong membuat Jisoo berhenti menyedot minumannya.

"Sudah tiga tahun ahjumma"

"Hmm cukup lama juga"

Jisoo menanggapi dengan senyumannya.

"Ahh iya. Minggu depan adalah hari pertunangan Taeyong dengan Nayoung"

Senyuman Jisoo luntur begitu saja saat mendengar lagi bahwa minggu depan adalah pertunangan Taeyong.

"Bisakah kaku untuk tidak bertemu dengan Taeyong lagi? Dan mulai sekarang tolong lupakan hubungan mu dengan Taeyong. Anggap saja kau tidak pernah mempunyai hubungan dekat dengan Taeyong. Ya seperti orang asing" ucap ibunya Taeyong dengan santainya.

Sedangkan Jisoo, ia berusaha sekuat tenaga agar tidak terlihat lemah. Menahan air mata yang ingin meluncur begitu saja. Memaksakan senyuman nya yang terpancar. Hati nya kembali merasakan sakit yang sangat dalam. Sesak di dadanya juga sangat terasa. Tapi itu semua ia tahan di hadapan ibunya Taeyong. Jisoo tetap tersenyum tegar agar tidak terlihat bahwa ia saat ini sedang tersakiti.

"Bagaimana? kau bisa melakukannya bukan" ucap ibunya Taeyong 

"Akan saya coba"

"Baiklah kalau gitu. Saya pamit dulu karna harus bertemu dengan calon besan. Saya mempercayaimu Kim Jisoo"

Jisoo dan ibunya Taeyong bangkit dari tempat duduknya. Jisoo dengan sopan membungkukan badannya.

Setelah ibunya Taeyong pergi. Jisoo terduduk merasakan sakit hatinya. Air mata nya juga meluncur dengan bebas. Ia terisak sembari memegang dadanya.

Jisoo tak tau lagi harus berbuat apa dengan hubungannya. Apa ini saat nya Jisoo harus berpisah dengan Taeyong.

Ia tidak sanggup menahan beban seperti ini. Apalagi ia akan bertemu Taeyong setiap harinya di tempat kerja. Itu akan membuatnya susah untuk menghindar dari Taeyong.




To Be Continued

Love Struggle (Lee Taeyong & Kim Jisoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang