👉Piggy Girl

243 28 6
                                    

Aku merebahkan kembali badanku di atas kasur, rasanya sangat malas untuk bangkit dan pergi ke sekolah.

"Chan! Mau berangkat jam berapa, nak? Nanti telat lho ...."

"Iya, Ma! Ini Chan lagi pakai kaos kaki dulu!" Bohong, padahal aku sudah siap sejak setengah jam yang lalu.

"Ayo, Chan! Kalau kamu telat, Mama gak tanggung jawab ya!"

Baru terpikir olehku, jika aku telat sampai sekolah, sama saja dengan aku membuka kesempatan lebih lebar pada Anin untuk mengganggu ketenanganku.

Aku berlari, bergegas menuruni tangga dengan heboh.

"Ayo, Ma!" Aku menarik lengan mamaku yang masih setia dengan majalahnya.

Mama yang tidak ingin ambil pusing, hanya diam mengikuti kemauanku.

Untunglah pagi ini jalanan tidak terlalu ramai. Hanya butuh 25 menit untuk sampai di sekolah.

Tepat selangkah aku memasuki gerbang sekolah, bel berbunyi dengan sangat nyaring.

Sial, kelasku terletak di lantai tiga.

Secepat mungkin aku berlari di tengah koridor yang masih ramai dengan murid-murid lain.

Kurang dari lima menit, aku sudah sampai di lantai tiga. Keadaan di lantai ini rupanya lebih kosong dibandingkan dengan lantai bawah. Aku memperlambat langkahku untuk menetralkan napas yang masih tak karuan.

Perlahan, aku membuka pintu kelas. Berharap tak ada yang terlalu memperhatikan kedatanganku.

Tapi, harapanku tak terkabul sama sekali. Kondisi kelas yang awalnya ramai tak terkendali, langsung hening ketika aku masuk. Semua pasang mata langsung tertuju padaku.

"Wah, anak baru udah berani dateng telat aja niih ....!"

Aku hanya menghembuskan napas. Malas.

Aku terdiam ketika sampai di tempat dudukku. Tak ada Ucup di sana.

"Kenapa lo? Nyariin Ucup?" Dara yang tadinya sedang asyik memainkan handphone, dengan ajaibnya sudah berdiri di depanku dengan tangan yang terlipat di dadanya, angkuh.

"Enggak tuh!" jawabku tak kalah angkuh.

"Wah udah berani ngelawan aja lo!" Kini menyusul Anin dan Leta yang berdiri didekat Dara.

"Heh Babi!" panggil Leta sarkas.

Aku tahu mereka memanggilku. Aku sengaja tak menolehkan kepala. Lagi pula aku kan bukan Babi.

"Dipanggil tuh noleh dong! Gak usah sok cantik!" Bentakan Anin semakin menjadi saat aku tak kunjung menolehkan wajah.

"Sorry, nama gue Chantika, bukan Babi!" ucapku tanpa sedikitpun melihat si lawan bicara.

"Oh, gitu ya? Tapi kan lo gak cocok dipanggil Chantik, orang gendut kok ngaku-ngaku cantik?!" Kini bukan hanya suara tawa Anin, Leta dan, Dara yang terdengar di telingaku, hampir seisi kelas tertawa puas mendengar cemooh dari Leta.

"Lo itu-"

Perkataan Anin harus terpotong. Bu Suci datang dengan tatapan membunuh yang selalu menghiasi wajahnya, ditambah penggaris panjang yang selalu setia menemani ke manapun ia pergi.

Rasanya aku ingin sekali memeluk Bu Suci saat itu juga. Lalu, aku akan berterimakasih karena ia telah menjadi pahlawanku pagi ini.

"Kalau Ibu boleh tahu, hal seru apa yang membuat kalian tetap mengobrol? Melupakan kewajiban kalian untuk belajar." Kini, tatapan sadis Bu Suci terarah padaku, Leta, Dara, dan Anin.

ChantikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang