👉Epilog

328 22 3
                                    

Every wound will definitely heal.
-Po

***

Entah apa yang membuat handphone ku begitu berisik pagi ini.

Aku memutuskan kembali menutup mata, toh tak ada lagi pekerjaan yang bisa kulakukan. Urusan kuliah, aku tinggal menunggu beberapa bulan lagi, untuk wisuda.

Tapi mimpiku yang indah harus kembali kandas di tengah jalan, terganggu dengan bunyi handphone yang tak kunjung reda.

Perasaan gue belum di wisuda, tapi kok handphone udah berisik aja?

Aku memutuskan melihat apa yang menyebabkan notifikasi masuk begitu banyak.

Sebuan nama grup dengan notifikasi terbanyak, membuatku penasaran akan isinya.

Grup apa ini?

ALOHA (32)

Anin:
Hey teman-teman, apa kabar?

Dimas:
Baik

Egy:
2

Ucup:
Gue denger lusa ada reuni ke empat ya?

Dara:
Iya! Semua pada dateng ya!

Mika:
Kali ini, reuninya tiga angkatan sekalian.

Anin:
Ada yang tau kabar Chantika?

Aku membuka mata lebih lebar saat Anin menyebutkan namaku, aku kira mereka telah melupakanku.

Aku kembali menyimak obrolan di grup kelas ini, tanpa berniat menampakan diri.

Bryan:
Gue denger sih, dia lanjut di New York.

Dara:
Pokoknya reuni kali ini lo semua harus ikut ya! Gue pengen kelas kita lengkap.

Leta:
Lagi pada ngomongin apa niih?

Aku memutuskan menghentikan kegiatan menyimak ini.

Ketika melihat nama Anin, Dara dan Leta. Aku tiba-tiba merasakannya lagi.

Ketakutan tanpa alasan.

***

"Welcome home, Chan!"

"Apaan sih bang, alay banget lo!"

"Nggak apa-apa dong, ini kan cara gue menunjukan bahwa gue lagi seneng!"

Aku menghempaskan tubuhku di sofa, sudah satu tahun lebih aku tak pernah pulang.

Mama, Chantika pulang!

"Oleh-oleh gue mana?"

"Tuh!" Aku menunjuk ke arah plastik besar dipinggir sofa.

"Lo mau kan ikut reuni kali ini?"

"Kok tiba-tiba bahas reuni?" tanyaku sebal. "Gak! Gue gak mau!"

"Habisnya lo, tiba-tiba pulang satu hari sebelum reuni, tanpa kabar, tiba-tiba nongol di depan pintu!"

"Terus apa hubungannya dengan reuni?" tanyaku semakin sebal pada Ka Putra, yang semakin tua justru semakin aneh. "Ngaco lu!"

***

Malam ini, aku kembali berdiri ditempat aku mencari ilmu, dulu.

Setelah tiga jam Ka Putra memaksaku untuk ikut.

Ya, disinilah aku berdiri, diantara teman lamaku. Anin, Leta, Dara, dan Mika.

"Maaf, Chan!" Setelah cukup lama terdiam, Anin angkat bicara. Suaranya tak lagi angkuh seperti dulu, namun terdengar begitu tulus di telingaku.

Dua tahun yang lalu, aku bersumpah pada diriku sendiri, bahwa aku telah memaafkan perlakuan mereka di SMA.

Tapi, saat mendengar kata maaf langsung terlontar dari mereka, membuatku lebih lega.

Entah apa yang akan terjadi di kemudian hari, yang paling penting, hari ini telah teratasi dengan baik. Urusan kami yang sempat tertunda selama lima tahun, telah terselesaikan dengan mudah.

-TAMAT-

Special tag -> @GhibahWriters <-

ChantikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang