Chapter 4

3.8K 393 22
                                    

PAGI HARINYA, SASUKE terbangun dengan sinar matahari yang seolah menusuk mata. Ia mengerjap dan menyipitkan mata selagi menutupnya dengan telapak tangan. Ketika hendak beranjak bangun, ia merasakan lengan kanannya yang terasa berat.

Sasuke mengerling ke samping kanan, menemukan sosok berambut merah muda yang tengah meringkuk. Sebelah tangannya tergolek di sisi leher Sasuke. Sebelah kakinya juga menindih kaki Sasuke, membuat tungkai mereka saling terkait. Selimut yang tadi malam mereka gunakan sudah tersingkap di ujung tempat tidur, terabaikan dan tampak akan terjatuh.

Mencoba mengingat apa yang terjadi, Sasuke tiba-tiba mengembuskan napas lega, teringat bahwa ia tak perlu lagi khawatir dengan keadaan Sakura. Meskipun begitu, Sasuke bertanya-tanya sejak kapan istrinya mulai tidur dengan berantakan seperti ini. Di malam-malam sebelumnya, mereka selalu bangun dalam posisi yang sama seperti ketika baru terlelap. Kalaupun bergerak, perubahan yang ada tidak terlalu jauh dari posisi awal mereka tertidur. Berbeda dengan sekarang yang ... seperti ini.

Selain itu, sejak kapan Sakura masih belum bangun ketika matahari sudah menyingsing begitu tinggi?

Menyingsing begitu tinggi ....

Realisasi seakan menghantam Sasuke. Ia mengumpat dalam hati. Sejak dulu, ia memang tak suka bangun pagi. Tapi, ia juga tidak pernah bangun siang. Mungkin, pernah beberapa kali. Namun, tentunya bukan di hari kerja.

Mengalihkan lengan Sakura dari lehernya, Sasuke pun bangkit terduduk dengan kaki Sakura yang masih terkait dengannya. Ia menoleh, menatap jam dinding, melihat jarum jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh. Sebuah rekor terbarunya selama sembilan tahun terakhir. Bagus sekali.

Sasuke tidak pernah bangun lebih dari pukul lima. Paling lambat ia bangun pukul lima.

Ada apa dengan insomnianya? Apakah penyakit menjengkelkan itu dengan tiba-tiba memutuskan untuk pergi? Haruskah Sasuke lega atau kesal?

Merutuki kepalanya yang belum fokus, Sasuke memutuskan untuk segera bergegas memulai rutinitasnya. Hari ini ada pertemuan penting antar-kage, pertemuan yang dimulai pukul setengah sembilan nanti, tepatnya satu jam lagi. Sasuke mungkin tidak perlu terburu-buru karena pertemuan ini bertempat di Konoha. Tapi, dengan segala acara penyambutan dan berbagai formalitas merepotkan lain, ia memang harus bersiap-siap.

Mengalihkan kaki Sakura dengan tidak terlalu berhati-hati, Sasuke mendengar erangan protesnya. Ia tidak terlalu menanggapi protes Sakura dan segera turun dari tempat tidur. Akan tetapi, gerakannya malah dihentikan oleh Sakura. Kaus hitam yang dipakainya ditarik, sedangkan Sakura berusaha untuk duduk. Ia mengusap kedua matanya dengan punggung tangan dan menatap Sasuke dengan mata menyipit.

"Sasuke?" ungkapnya dengan nada bertanya.

Mengerling pada jam dinding, Sasuke segera membalas, "Ya?" dengan nada tidak sabar.

Sakura secara spontan segera menjauhkan tangannya. Ia melebarkan mata, mengikuti arah pandang Sasuke yang tengah menatap jam dinding. Pada detik selanjutnya, Sakura sudah merangkak turun dari tempat tidur. Umpatan rendah tertahan di tiap helaan napasnya.

Sasuke mengerutkan dahi dan mengikuti Sakura keluar dari kamar. Ia beranjak menuju kamar mandi, tapi berhenti di dapur ketika melihat Sakura—dengan rambut pendek yang telah dikucir di belakang kepala—sedang membuka lemari pendingin lebar-lebar. Ekspresinya tengah menahan kesal yang amat kentara.

"Kau pasti bercanda," ungkapnya dengan nada horor. Matanya masih memindai isi lemari pendingin yang hanya berisi botol air mineral dan beberapa buah sayuran berwarna merah. Tanpa menoleh, Sakura berujar, "Seharusnya aku tak berharap banyak. Oh, apa yang kupikirkan. Tentu saja kau tidak memikirkan masalah rumah. Lupakan saja belanja bahan makanan. Kenapa aku sempat berpikir bahwa Uchiha Sasuke akan jalan-jalan ke minimarket dan membeli sekantung beras?"

Strange Behavior [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang