Chapter 3b | Alkana, Alkena, Alkuna, Alnilam!

44 6 0
                                    

Hening seketika.

Semua mata pun tertuju pada Ghani.

"Ghan, jangan begitu," kataku pada Ghani, memecah keheningan yang baru saja terjadi. "Seenggaknya ada kita-kita di sini. Kamu mau curhat apapun, pasti kami bakal dengar. Walaupun kelak kelas kita bakal berbeda-beda, aku janji bakal mengunjungi kalian terus. Hari ini, kita jujur-jujuran dulu. Oke?"

Teman-teman satu gengku itu pun setuju. Akhirnya, Jeremi meminta kami untuk duduk bersila di belakang kelas yang luas, cukup nyaman untuk tidur-tiduran. Jeremi meletakkan ponselnya di atas lantai, lalu menghela napas. "Sebelum kita jujur-jujuran, alangkah lebih baiknya kalau musik harus disetel terlebih dahulu untuk mendukung suasana. Mau lagu apa, nih?"

"Lagu Endank Soekamti yang judulnya Sampai Jumpa, Jer!" usulku. "Itu biasanya disetel waktu angkatan di atas-atas kita abis upacara pembukaan program persiapan UN. Manjur sekali kalau mau ditambah acara nangis-nangis, Jer."

"Itu mainstream, Lam. Pakai lagu korea saja," kata Jeremi yang membuatku menaikkan sebelah alis. "Lagunya Jipren, grupnya Ahn Ri Ya-ku –maksudku, istriku yang judulnya It's Time For The Sunrise. Atau lagunya BTS yang bagus-bagus, Lam. Banyak, lho. Pasti nanti kalian bakal tersentuh. I know it all~ you're my bestfriend~"

"Ya sudahlah," kataku. "Terima kasih usulannya. Kita pakai musik instrumental saja, Kiss The Rain."

"Soundtrack Naruto yang sedih-sedih juga banyak yang meyayat hati," kata Iyan sembari terbahak. Aku mengernyit. Anak ini, enggak tahu sikon. Kalau ngomong sambil ketawa mulu, enggak jelas. Untung kawan, omelku dalam hati.

"Ini kapan mulainya, sih?" gerutu Ghani.

Akhirnya, Jeremi yang bermuka masam pun mulai menyetel musik instrumental yang kuusulkan tadi. Kiss The Rain. Mendengar melodinya saja, aku sudah ingin menangis. Tidak heran kalau banyak yang menggunakan musik ini sebagai pengiring siraman rohani.

"Bayangkan ketika kalian pulang ke rumah, lalu kalian melihat ada bendera kuning di depan rumah kalian—"

Seisi majelis pun menangis tersedu-sedu.

"Dan ternyata—orang tua kalian... orang tua kalian... sudah dilantik menjadi petinggi Sekte Pecinta Warna Kuning. Sekian dan terima gaji."

Baiklah, ini tidak jelas.

"Sekarang, kita mulai," kataku. "Dimulai dari aku."

--**--**--

Orange Spirit 2 : Konstelasi Orion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang