[Season 2] Chapter 11b | The Gate of Dystopia

21 5 0
                                    

"Tapi dia benar, Jer,"

"Orang-orang lemah enggak akan lolos seleksi alam yang dia maksudkan itu. Di dunia ini, orang-orang jahat akan hidup lebih mudah. Hal itu yang diyakini sama Tito dan teman-temannya, Jer. Lagipula, kita enggak bisa melihat orang dengan satu sisi saja. Tito itu merasakan hal yang sama denganku, Jer. Kami sama-sama merasa kesepian karena enggak ada yang bisa memahami kami. Termasuk kalian."

"Kebahagiaan,"

"Kebahagiaan yang menjadi mimpi baru aku dan Tito. Kebahagiaan yang akan membuatku berhenti berpikir untuk lari dan menghilang di dunia. Dan aku enggak mau orang lain mengusiknya. Thank you. Kamu mau memperingatkan aku dengan sesuatu yang sudah KUKETAHUI dan KUWAJARI,"

"Iya, Yun. Kamu tahu sendiri, kan? Aku enggak bisa hidup tanpa bersosialisasi. Walaupun aku sudah punya banyak teman dan kenalan, aku tetap enggak puas dan ingin mencari pertemanan baru lagi. Orang-orang baru, cerita-cerita baru mereka dan mereka harus mendengarkan cerita-ceritaku juga. Sampai akhirnya aku sadar, sebenarnya yang kubutuhkan hanya orang-orang yang bisa memahamiku biar aku enggak kesepian di dunia ini."

"Terkadang, aku merasa sesak di malam hari. Lelah fisik kalau ditambah lelah mental itu rasanya benar-benar enggak kebayang lagi, Yun. Kadang tulang-tulangku rasanya kayak mau lepas. Mungkin, itu karena aku ingin lari waktu itu –maksudku, larinya bukan dalam arti harfiah. Entah lari kemana, yang penting aku bisa menghilang dari duniaku yang benar-benar hampa, datar, dan yah begitulah,"

.

.

"Justru itu!" Yuna memukul mejanya. "Bosan itu yang harus dilawan. Bukan dirawat sampai berkembang biak. Kita ini sudah kelas 12, Nilam. Jangan aneh-aneh. Jaga pergaulan, jaga kesehatan... pokoknya jagalah dirimu sendiri. Jangan bosan-bosan belajar kalau mau masuk PTN favorit atau PTK incaranmu. Kemana Nilam si anak rajin yang kukenal ini? Kamu sudah mulai benar-benar berubah, Lam...."

.

Nadia menghela napas.

"Lam, entah kenapa saat kamu enggak bersama Tito dan kawan-kawan, aku merasa kalau inilah kamu yang sebenarnya. Kamu berubah karena kamu harus menyesuaikan diri kamu dengan Tito dan yang lainnya, dan aku bisa memahaminya. Tapi, kamu seakan kehilangan dirimu, Lam. Salah kalau kamu bilang, 'ini aku lho. Aku yang sebenarnya'."

.

"Kamu –ah, maksudku kalian kecewa melihat perubahanku?" tanyaku.

Yuna menghela napas. "To be honest, yes."

"Yuna, I didn't change. I just found myself."

"A—apa?"

"Ya, Yun. Aku menemukan diriku sendiri di sini," kataku. "Aku merasa hidup."

.

Jadi—

--Who the hell am I?

--**--**--

Orange Spirit 2 : Konstelasi Orion ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang