Hujan kembali turun.
Aku juga kembali ke warung itu, namun warung itu sudah tutup. Sudah tidak ada lagi motor-motor yang tersisa selain motor yang kunaiki sendiri. Tadi, sepertinya Jena sendiri yang membawa motorku plus diriku sendiri yang pingsan ke indekosnya. Aku tidak tahu sama sekali lokasi indekos Jena, tapi feeling-ku membawaku kembali ke tempat semula. Tempat tiba-tiba aku menghajar Giga.
Ke mana Giga? Apa yang Tito dan 'Pengabdi Cilok' lakukan padanya?
Aku menelpon Tito berkali-kali, tapi dia tidak mengangkatnya. Tak lama kemudian, muncul sebuah notifikasi chat yang masuk.
Jeremi
Mataku membulat.
Jeremi?
Jeremi
Kalau mau lihat Giga, ke rumah Iyan sekarang
Orion
Jeremi? Ini serius Jeremi kan?
Jeremi
Apaan sih? Pertanyaanmu aneh banget
Jeremi
Cepat. Senang ya sudah bikin anak orang sekarat?
Jeremi
Wow kayaknya SMA kita dapat pembuli baru nih
Orion
Iya Jer -_-
Orion
Tunggu
Orion
Kok Giga bisa sama kamu?
Jeremi
Bacot
Jeremi
Makanya ke sini dulu
Jeremi
Ppali!
Jeremi
Ppali Nilam Hyung!
Entah kenapa, aku merasakan sudut mataku berair. Jeremi? Jeremi memanggilku 'Hyung'? Tiba-tiba, perasaanku jadi sangat halus.
Ini aneh tapi harus kuakui Jeremi imut.
Tapi menjijikkan.
Akhirnya, aku membawa motorku menuju rumah Iyan. Mengarungi hujan, demi melihat orang yang sudah kuhajar. Nilam bodoh, menyiksa orang lain demi kesenangan dirinya sendiri. Lalu bukannya rasa puas yang kudapatkan, melainkan rasa bersalah. Sama seperti yang kurasakan saat tanpa sadar sudah membela Tito saat Jeremi bilang bahwa pembulian yang dilakukan Tito dan kawan-kawan sudah mempengaruhi mental Ghani yang punya depresi juga.
Apa yang kupikirkan sih selama beberapa bulan ini?
Membela orang jahat,
Bahkan aku sendiri bingung pada diriku sendiri. Aku tahu, sudah sejak Januari aku merasakan semacam kelelahan emosional. Tidak hanya diriku sendiri yang merasakan, tetapi banyak orang yang merasakannya pula.
"Hei, Pangeran."
Aku menoleh ke arah seseorang yang memanggilku tadi.
Ho, rupanya Eris. Namun, Eris yang kulihat berbeda dari biasanya. Dia terlihat nyaris menghilang, dan aku bahkan hampir tidak merasakan keberadaannya kalau dia tidak memanggilku. "Nilam," katanya. "Sebenarnya, energiku sudah nyaris habis, tapi aku tidak ingin kamu berakhir menjadi sepertiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange Spirit 2 : Konstelasi Orion ✔
Fiksi RemajaAlnilam Orion Atmajaya, 17 tahun. Sedang menghabiskan masa-masa terakhir di SMA-nya. Masa terberat baginya, dan masa ketika monster yang bernama kesepian semakin memberontak, semakin ingin keluar dari cangkang. Hidup dengan tiga orang sahabat yang s...