Chapter 21

3K 314 107
                                    

.

.

Saat Soonyoung masih tertidur, Seokmin baru bisa diam-diam meninggalkannya untuk pergi mandi. Dia tidak memiliki baju ganti, jadi terpaksa menggunakan pakaian yang sama. Dia hanya punya roti dan air mineral untuk mengisi perut yang kosong dan menghilangkan rasa haus.

'Apa aku harus menghubungi Noona?'

Ia berpikir sembari berdiri di samping ranjang Soonyoung, menatapnya yang tertidur lelap.

'Tapi, setelah Soonyoung kembali ke orang tuanya, apakah aku masih bisa bertemu dan melihatnya....?'

Hatinya tiba-tiba menjadi berat. Jika Soonyoung kembali ke orang tuanya, kesempatan untuk dapat melihatnya menjadi semakin sedikit, dan kemungkinan mereka tidak akan bisa bertemu lagi. Jika itu yang terjadi, ia tidak akan sanggup bertahan. Ia tidak bisa jauh dari anak ini. Tidak bisa jika tidak melihatnya. Lalu apa yang harus dilakukan? Di tempat lain, Kakak perempuannya sedang sangat mengkhawatirkan putranya hingga tidak bisa makan. Seokmin sangat mencemaskan Kakaknya, namun begitu, untuk saat ini ia tidak bisa melepaskan Soonyoung.

Hatinya mengalami pertentangan.

Anak ini juga tidak mau lepas darinya, bahkan ketika tidur Soonyoung terus memegangi ujung bajunya dengan erat, seolah takut ketika membuka mata esok hari pria ini sudah menghilang dari sisinya. Takut dia melarikan diri.

Seokmin tidak pernah miliki sebuah hubungan yang serius dengan seseorang, selama ini dia hanya mengejar kepuasan seks. Itu hanya untuk kesenangan sesaat, ia tidak pernah menggunakan hatinya saat sedang di atas tempat tidur. Hanya tubuhnya yang menjadi panas, namun hatinya selalu dingin tak tersentuh.

Namun ketika ia memaksa anak ini untuk melayaninya, ketika tubuh mereka bersatu, bergairah dan dipenuhi peluh, awalnya ia merasa puas karena bisa memberi anak ini pelajaran, tapi perasaan lain tiba-tiba memenuhi dadanya. Hatinya dipenuhi rasa bahagia yang tidak bisa dijelaskan, ia ingin mencium anak ini lagi, lagi, dan lagi. Rasa marah yang menumpuk hilang dalam sekejap, ia hanya ingin memeluk dan memilikinya.

.

.

Soonyoung menutup mata, ia tidak bisa menahan sudut bibirnya untuk terangkat. Pipinya dipenuhi semburat merah jambu, hatinya berdegup kencang ketika kancing piama rumah sakitnya mulai dilepas satu persatu, memamerkan kulit dadanya yang seputih susu, bahu indah dan sepasang lengan kurus. Perutnya masih dibalut perban putih yang harus diganti setiap hari untuk menjaga kebersihannya agar tidak terinfeksi.

Seokmin melepaskan baju atas anak itu, ia tidak bisa menahan senyum ketika melihat wajah memerah anak itu yang tersipu malu, dan kedua matanya tertutup rapat. Ia melipat asal baju kotor Soonyoung, lalu meletakkan sementara di atas meja nakas. Seokmin menggulung lengan bajunya, mencelupkan handuk ke dalam wajah berisi air hangat. Suara gemricik air terdengar di dalam ruangan itu, Seokmin memeras handuk putih tersebut dan berbalik ke arah Soonyoung.

Dengan telaten, ia membasuh tubuh Soonyoung menggunakan handuk basah, dengan hati-hati membersihkan tubuh kurus anak itu. Gerakannya lembut, menggosok dada dan leher Soonyoung, dia memperlakukan anak ini seperti memperlakukan anak kecil. Gerakannya sangat hati-hati, seolah takut menyakitinya.

Handuk basah yang bergerak lembut di atas kulitnya membuat tubuhnya sedikit bergetar, Soonyoung tidak berani membuka matanya karena ia tahu pria ini sangat dekat dengannya, mereka hanya berjarak beberapa inci, bahkan tubuh atasnya yang telanjang dapat merasakan hembusan napas pria ini yang menerpa kulit basahnya, napasnya panas, namun meninggalkan jejak dingin di permukaan kulitnya. Soonyoung merasa semakin malu karena secara alami putingnya menjadi keras dan mencuat, ia terlihat seperti anak remaja yang mudah terangsang. Soonyoung berharap Seokmin tidak menyadari hal ini, jika dia melihatnya, Soonyoung akan merasa sangat malu karena tubuhnya yang terlalu jujur.

UNCLE [SEOKSOON FANFICTION] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang