Chapter 19

3.2K 337 148
                                    

.

.

15 menit setelah mobil Seokmin pergi, Audi Q3 2.0 Blue metallic milik Ayah Soonyoung tiba. Hujannya semakin deras, dan tempat itu sudah benar-benar sepi. Membuka pintu mobil, mengembangkan payung yang dibawanya, dia berjalan keluar dari mobil namun tak menemukan putra kesayangannya.

Tadi Soonyoung bilang dia tidak akan kemana-mana, akan menunggu Ayahnya di depan gedung. Tapi sekarang, dia tidak ada di mana-mana.

Mendapati putranya tidak ada, Ayah Soonyoung seketika menjadi panik. Soonyoung tidak mungkin pergi di tengah malam disaat hujan deras seperti ini, dia adalah anak yang patuh, dia pasti akan menunggu Ayahnya menjemput. Dia tidak mungkin pergi tanpa alasan.

Berjalan semakin dekat, ia menemukan tas punggung berwarna hitam milik putranya tergeletak begitu saja di tangga pintu masuk, dan ada genangan darah yang belum kering di dekat tas itu.

Situasi ini tidak beres. Pasti telah terjadi sesuatu pada putra satu-satunya tersebut.

Panik, dan takut terjadi sesuatu pada putranya, Ayah Soonyoung segera menghubungi pihak penanggung jawab tempat les tersebut. Di luar gedung terdapat tiga kamera CCTV. Dengan rekaman itu, mungkin ia bisa mengetahui apa yang telah terjadi sebelum ia tiba di sini.

Di mana putranya sekarang?

Putranya tidak membawa barang-barang berharga, jika dia benar-benar dirampok, perampok itu sudah salah memilih target! Soonyoung hanya anak remaja yang berada di luar rumah untuk belajar. Dia bahkan tidak membawa uang sepeser pun.

.

.

Karena terlalu banyak kehilangan darah, saat sampai di rumah sakit Soonyoung sudah kehilangan kesadaran. Dia segera masuk ke Unit gawat darurat.

Seokmin tidak bisa tinggal diam, dia memaksa ingin ikut masuk, namun dilarang oleh perawat. Ia sangat ketakutan, tidak bisa melihat wajahnya Soonyoung membuatnya semakin merasa takut. Pikirnya kacau, ia sangat gelisah, kecemasannya menekan dadanya begitu kuat. Takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada anak itu.

"Tolong tunggu di luar."
Perawat itu kembali menekankan.

Soonyoung sudah dibawa masuk ke dalam ruangan bersama dokter dan beberapa perawat. Pintu ruangan sudah tertutup, Seokmin menjadi semakin ketakutan dan tidak gelisah. Pakaian dan rambutnya basah kuyup. Ia berjalan beberapa langkah, kakinya terasa sangat lemas, jantungnya terus berdetak sangat cepat karena rasa takut dan cemas yang tak terkendali.

Seokmin duduk di kursi tunggu depan ruang Gawat darurat, mengabaikan pakaiannya yang basah. Ia menunduk, mengaitkan jari-jari tangannya yang dingin dan sedikit gemetar.

"....Seokmin... aku tadi sangat takut....."

Itu kali pertama Soonyoung mengeluh padanya, berbicara seperti anak kecil. Dia benar-benar sangat bahagia ketika akhirnya Paman-nya datang. Soonyoung sangat kesakitan dan ketakutan, tapi setelah akhirnya Seokmin datang, dia berasa lega dan bahagia.

Dan untuk pertama kalinya, anak itu menatap wajahnya dan tersenyum. Seokmin tidak tahu harus bagaimana, tapi melihat Soonyoung dalam keadaan tak berdaya dan kesakitan seperti itu membuat hatinya diremas oleh rasa sedih.

Seokmin hanya menunduk, menatap kosong pada sepatunya. Ia bahkan tidak berani mengerjapkan mata, takut air mata jatuh. Namun itu tidak bisa dicegah, tetesan bening jatuh dari matanya dan turun ke lantai, kristal itu pecah di atas lantai mamer putih. Seokmin tidak bisa mengendalikan air mata yang jatuh semakin deras. Namun ia masih tetap bergeming, wajahnya menunduk semakin dalam.

UNCLE [SEOKSOON FANFICTION] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang