.
.
Kedua pria bertubuh tinggi besar yang mengenakan setelan jas hitam rapi itu berdiri di depan pintu gudang, menjaga pintu tersebut seperti yang diperintahkan bos mereka. Salah satu berjongkok sembari merokok, sedangkan yang lain bersandar di dinding sembari bermain ponsel dengan rokok terjepit di bibirnya. Wajah sangar mereka terlihat lebih rileks, hal seperti ini membuat mereka terlihat seperti manusia normal, bukan mesin pemukul yang kejam seperti biasanya.
Ketika seorang wanita berjalan ke arah mereka dengan langkah cepat, kedua pria itu segera membuang rokok mereka, lalu berdiri tegap menghalangi pintu.
"Nyonya...."
Keduanya membungkuk sopan menyapa istri bos mereka. Wanita itu mengangkat kepalanya, menatap wajah dua pria di hadapannya dengan tatapan tajam.
"Menyingkir dari jalan."
Ucapnya dingin.Namun, kedua pria itu hanya menunduk tak berdaya. Mereka telah diperintahkan untuk menjaga pintu gudang, tidak boleh membiarkan siapapun mendekat.
"Aku bilang MENYINGKIR DARI JALAN!!"
Ia berbicara keras sembari menendang kaki dua pria itu tanpa ampun. Kedua orang itu hanya menundukkan kepala. Masih berdiri tegap seperti tiang besi."Aku hanya ingin berbicara sebentar dengan putraku. Kalian tidak punya hak melarang seorang ibu berbicara dengan anaknya sendiri.."
Wajah yang selalu terlihat lembut sekarang tampak berbahaya dengan tatapan tajamnya, walau masih ada lubang bekas jarum infus di pergelangan tangannya yang sekarang ditutup plester luka.Dua pria itu saling lirik satu sama lain, wajah mereka tampak ragu-ragu, juga terlihat sangat tertekan. Walaupun yang menggaji mereka adalah Tuan Kwon, namun, sebenarnya orang yang mereka takuti adalah Nyonya mereka ini. Wanita ini memiliki aura mengintimidasi yang kuat, membuat orang lain merasa tertekan. Mungkin karena inilah dia selalu menang dalam setiap kasus yang ia tangani.
Perlahan, kedua pria itu melangkah ke samping, memberikan jalan untuk mendekati pintu. Ibu Soonyoung segera berjalan ke depan, berjongkok di depan pintu gudang.
.
.
Angin bertiup cukup kencang menerbangkan helaian rambut Soonyoung yang lembut, memperlihatkan keningnya yang halus dan cantik. Ia menyipitkan matanya, hembusan angin membuat matanya terasa kering. Di saat Soonyoung sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, tiba-tiba sesuatu yang lembut dan lembap mendarat di pipinya. Ketika ia menoleh ke belakang, di sana Seokmin tersenyum lebar padanya. Senyumnya sangat hangat, Soonyoung merasakan kehangatan itu menembus hatinya dan menciptakan rasa yang bahkan jauh lebih manis dari sakarin.
"Di luar dingin, kau bisa sakit nanti..."
Ucapnya lembut seraya mengusap kepala anak di depannya dengan penuh kasih sayang.Soonyoung tersenyum gembira. Ia berbalik badan, mata sipitnya yang imut terpejam menikmati telapak tangan hangat pria itu di kepalanya, kedua tangannya perlahan melingkar di pinggang pria itu. Seokmin terkekeh, menggosok telapak tangannya di kepala Soonyoung seperti sedang bermain-main dengan anak anjing yang menggemaskan. Ia sudah terbiasa diperlukan seperti anak kecil di rumahnya; orang tuanya sangat memanjakannya, namun ketika pria ini yang memperlakukan seperti anak kecil, memanjakannya dengan penuh kasih sayang, entah mengapa Soonyoung merasa dadanya seolah seperti akan meledak karena kegembiraan.
"Apa yang membuat sangat senang seperti ini?"
Seokmin bertanya sembari mencubit pipi Soonyoung. Itu sangat lembut dan kenyal seperti kue beras putih.
![](https://img.wattpad.com/cover/160312343-288-k970942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNCLE [SEOKSOON FANFICTION] ✔️
FanfictionKwon Soonyoung, remaja 16 tahun yang sangat membenci paman-nya sendiri, Lee Seokmin. Pria 35 tahun yang menjalani hidup dengan berhura-hura, tidur dengan lelaki sewaan yang ia bayar untuk memuaskan hasrat seksualnya. Suatu hari, kakak perempuannya...