My character's like half and half.
Who knows?
Nyatanya semua adalah omong kosong belaka. Mimpi? Hanyalah sebagai formalitas.Mungkin tak banyak, hanya segelintir orang yang bisa merasakan apa itu mimpi tanpa perlu adanya campur tangan orang lain. Mimpi yang sesungguhnya. Bukan paksaan.
Namun pada realitanya, dunia ini tak lebih dari fatamorgana. Yang membawa angan terus melayang tanpa tahu batasannya.
Taehyung.
Dia tahu, angannya sangat luas. Namun, dia juga tahu seberapa sempit kesempatan yang ia miliki. Dia juga tahu bahwa ia selalu kehabisan napas hanya untuk sekedar melamun.
Terkadang Taehyung ingin menangis dalam damai, berpesta seperti orang gila, menebar cinta di setiap titik, bahkan ingin minum hingga kewarasannya ikut tertenggak habis.
Taehyung sering merasa hidupnya seperti ikan yang tertangkap di jaring yang disebut keinginan yang haus akan hidup. Mau tidak mau, suka tidak suka ia harus naik ke permukaan. Meninggalkan segalanya---kehidupannya yang berada di dasar laut. Walau memaksa ingin keluar, tetap saja tidak bisa. Jaring sempurna mengepung nya.
Pemuda delapan belas tahun itu merasa seakan-akan ia terjebak dan tidak bisa keluar dari dunia yang ia ciptakan sendiri. Dunia tempatnya bersembunyi dari semua penolakan serta ketidakpuasan, cinta dan aturan yang berlebihan dari orang-orang di sekitarnya.
Untuk sekali saja Taehyung ingin menggambar hal yang berbeda dalam hidupnya. Yang ingin ia gambar ialah sekedar mimpi dalam kanvas.
Di luar garis batas di ujung sana, Taehyung ingin merasakan coretan yang ia torehkan di atas kanvas menjadi kenyataan dan dalam sekejap semua menjadi miliknya. Itu akan persis seperti apa yang ia bayangkan. Tapi sialnya itu tidak akan bertahan selamanya. Ah, lupa, semua hanya fatamorgana, bung!
Bingung.
Itulah yang Taehyung alami ketika orang-orang bertanya mengapa kau bermimpi? Dan pastinya jika Taehyung menjawab, di mata orang ia tak lebih dari seorang yang membual.
Ayolah, Taehyung hanya ingin seperti pemuda pada umumnya. Muda, liar, dan bebas. Itu saja.
Taehyung tengah duduk termenung di atas tempat tidurnya. Menyandarkan kepala di head-board ranjang seraya memilin ujung kaos putih polos yang ia kenakan. Tatapannya nampak redup dan kosong.
Beberapa sekon kemudian mata elang miliknya menyapu setiap sudut kamar dengan dinding berwarna abu-abu gelap itu dengan hati yang berdesir perih.
Dulu dindingnya berwarna cerah, terdapat banyak ornamen benda luar angkasa, miniatur planet yang menggantung di langit-langit kamar hingga proyektor yang memantulkan suasana ruang angkasa yang selalu menjadi favoritnya.
Dulu, balkon adalah tempat favoritnya untuk melihat bintang bersama kedua orang tuanya. Teleskop sengaja diletakkan di balkon agar Taehyung lebih mudah mengamati ribuan benda pijar di angkasa raya sana. Beberapa bunga forget me not yang menggantung juga ada di balkon. Taehyung sangat menyukai bunga yang satu ini. Forget me not, dari namanya saja Taehyung sudah jatuh cinta apalagi dari perwujudan bunga itu sendiri. Bunga kecil berwarna ungu itu mampu membuat Taehyung mengingat semua kenangan yang ia lalui. Taehyung benar-benar menyukai bunga itu. Apa salahnya laki-laki suka bunga? Laki-laki juga manusia biasa, 'kan?
Dulu, di sudut sebelah kiri kamar terdapat violin yang sering ia mainkan bersama para hyung. Taehyung pernah bercita-cita ingin menjadi musisi, menulis dan mencipta lagu. Taehyung ingin mengiringi salah satu hyung nya bernyanyi. Di depan ribuan pasang mata, dan disaksikan dengan bangga oleh orang tuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Untitle
Fanfictionsudah ku katakan, bukan? tak perlu judul untuk menceritakan semuanya... .start. 2018.05.01