Jimin membuka matanya perlahan, sedikit membuat peregangan untuk ototnya yang kaku. Ah, badannya sakit semua. Tidur dengan posisi yang tidak tepat sungguh menyakitkan.
Kepalanya ia tolehkan ke samping kiri dimana seorang yang sejak kemarin tergulung selimut masih memejamkan matanya. Rasanya Jimin ingin berteriak sekencang mungkin tepat di telinga pemuda kebo di sampingnya ini agar segera bangun- namun apa daya, mau ditindih atau dibom sekalipun pemuda itu takkan langsung bisa bangun.
Tak ingin dilanda bosan, Jimin memutuskan untuk membersihkan diri. Mungkin mandi air hangat akan sedikit menghilangkan pegal dan beban pikirannya. Jimin buru-buru masuk kamar mandi ----tanpa tahu yang ia nanti kesadarannya telah membuka mata sejak sebelum ia bangun tadi.
'Maaf, parasit sepertiku memang hanya menjadi beban.'
_
"Ah... Segarnya." Jimin mengusak rambutnya yang masih basah menggunakan handuk merah muda yang tadi ia pakai. Merah muda, ya? Seokjin sekali. Entah mengapa Seokjin sangat menyukai warna pink. Comel.
Cklekk
"Jim!"
"Ah, hyung?! Kau mengagetkanku, astaga! Beruntung aku sudah memakai kolor, kalau belum bagaimana?!" Protes Jimin tak terima. 'Bisa gawat jika Jimin junior terlihat oleh Jin hyung, dan---ah, lupakan!'
"Ada apa?"
"Sarapan sudah siap, aku menunggu mu di meja, jadi cepat bersiaplah!"
"Tapi Taehyung?"
Seokjin tersenyum, menatap Taehyung sendu, "Taehyung akan baik-baik saja, dia anak yang kuat."
Setelah mengatakan itu Seokjin bergegas keluar kamar. Tak ingin melihat Taehyung yang sedang menderita di atas ranjangnya. Jimin juga melakukan hal yang sama setelah jeans dan flanel hijau sempurna menempel di badannya.
___
Hanya denting suara sendok yang beradu dengan piring yang mengisi keheningan pagi ini. Tak ada hal yang perlu dibahas atau sedang tak tertarik untuk membahas sesuatu. Suasana pun nampaknya juga tidak mendukung untuk memulai percakapan.
Hela napas terdengar, berniat ingin sedikit mencairkan suasana namun malah menambah kecanggungan di antara mereka berdua. Yang muda akhirnya menyerah, pemuda Park itu tak lagi sanggup untuk tetap tenggelam dalam keheningan yang mereka ciptakan ini.
"Ekhem, hyung."
Seokjin mendongak, ia tak mengeluarkan sepatah kata namun matanya berbicara--seakan bertanya 'ada apa?'
"Setelah ini aku akan pergi menemui samchon."
Seokjin tahu siapa yang dimaksud samchon oleh Jimin. Dia, ayah Taehyung. Kim Hongdo.
"Terlalu berbahaya jika kau menemuinya hanya seorang diri."
"Aku tidak sendiri. Jungkook bersamaku. Dia yang meminta agar aku menemaninya bertemu dengan samchon. Kupikir Jungkook lah kunci penyelesaian semua masalah ini."
"Kupikir juga begitu, Taehyung dulu sempat meracau sesuatu tentang Jungkook saat sedang mabuk, dan sialnya aku tak bisa menangkap apa yang Taehyung katakan lantaran saat itu aku sangat panik. Kemungkinan Taehyung menyimpan rahasia besar dari kita semua."
"Ya, di sini Jungkook berperan sebagai kunci dan Taehyung gemboknya. Kita harus mempersatukan mereka terlebih dahulu agar bisa membuka pintunya dan menemukan jawaban atas semua yang terjadi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Untitle
Fanfictionsudah ku katakan, bukan? tak perlu judul untuk menceritakan semuanya... .start. 2018.05.01