11

2.1K 205 39
                                    

Nothing much different from yesterday.
Same old days, it's just you're not here.


Malam ini Taehyung terpaksa harus menginap di kediaman Seokjin. Terlalu larut jika harus pulang ke rumah. Lagipun ia sudah sering menginap, bahkan kamar tamu sudah disulap menjadi kamarnya, jadi tak masalah kalau Taehyung ingin menginap kapanpun ia mau. Dan nilai plus nya Seokjin tinggal sendiri, so Taehyung tidak akan merasa bahwa ia menjadi beban bagi keluarga Seokjin. Biarlah Seokjin saja yang menderita dibuatnya.

Taehyung menidurkan dirinya di sofa panjang milik Seokjin. Malam ini terasa sangat dingin. Padahal ia sudah mengenakan jaket yang dipinjamkan oleh Seokjin tadi. Tapi kenapa masih dingin? Ah, penghangat ruangannya.

"Hyung, bisakah kau nyalakan penghangat ruangannya? Dan tolong matikan AC nya juga, ya? Hehe, terimakasih Jin-ie hyung."

Hei, disini yang punya rumah siapa sih?

"Aish, baiklah. Tapi aku tidak merasa kedinginan sama sekali loh." Ujar Seokjin seraya berjalan menghidupkan penghangat yang terletak di sudut ruangan.

"Benarkah?" Taehyung tampak sedikit berpikir.

"Hm, sekarang masuklah ke kamarmu. Aku akan membuatkan cokelat panas agar tubuhmu sedikit menghangat."

"Tidak perlu, hyung. Aku akan langsung tidur saja. Mengantuk." Ujarnya seraya berpura-pura menguap.

"Ya sudah. Istirahat yang baik, Tae. Hyung menyayangimu." Seokjin berjelan mendekati Taehyung lalu mengusak surai nya sayang. Dia pucat.

Taehyung hanya mengangguk patuh. Kemudian pergi meninggalkan Seokjin yang masih berdiri di depan sofa.

Seraya berjalan menuju kamar, Taehyung tak henti-hentinya memikirkan apa yang terjadi pada tubuhnya malam ini. Mungkinkah...

"Apa mungkin, aku masuk angin?"

🎑

Dia tak pernah meminta untuk diberi kehidupan yang sempurna. Dihadirkan keluarga yang utuh dan lengkap pun sudah cukup baginya. Sangat bersyukur dia telah mendapatkannya juga sempat merasakannya. Walau bukan kandung tapi ia menerima semuanya dengan tulus dari mereka.

Namun kebahagiaan dan kebersamaan yang sudah lama di damba, yang telah ia dapat, sedikit demi sedikit mulai retak. Bahkan hanya dengan usapan lembut akan menjadi kepingan menyakitkan.

Haruskah ia menyesal?

Tidak. Jeon Jungkook-yang sekarang merubah marganya menjadi Kim- tidak akan pernah menyesal.

Jungkook telah bertekad untuk dirinya, untuk keluarganya, dan untuk dia yang selalu ia nanti simpul manis terbit di bibirnya saat saling bertemu pandang. Simpul yang telah hilang bersama jiwa yang rapuh hampir dua tahun terakhir ini.

Jungkook sering meminta dan berdoa pada Tuhan, Jungkook ingin semua kembali seperti dulu lagi walau tak akan pernah sama persis.

Jungkook menghela napas lelah. Lelah memikirkan semua yang telah terjadi di antara keluarganya. Ini menjadi sangat rumit untuk seorang Jungkook.

Tangannya meraih ponsel pintar yang ada di bawah bantal. Membuka kunci nya dan menekan icon gallery.

Ibu jarinya menari di atas layar, menggeser setiap gambar yang ada di sana. Sampai pada foto yang membawa memori nya ke masa lalu. Foto dirinya dengan dia. Kalau tidak salah foto ini diambil sekitar dua setengah tahun yang lalu ketika ia dan keluarga sedang berlibur di Dubai.

UntitleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang