17 - Bungsu

1.5K 129 16
                                    

Prev

Satu per satu anak tangga ia turuni, menyalakan lampu kemudian menghampiri kulkas. Dan wala! Persediaan minuman dingin di kulkas habis. Jungkook jadi gemas sendiri kalau begini. Biasanya Taehyunglah yang menyuplai isi kulkas agar tetap penuh jika sewaktu-waktu membutuhkan. Rasanya Jungkook ingin segera menyeret Taehyung pulang.

"Hah.." Jungkook menghela, jangankan menyeret, tahu dimana sang kakak berada saja tidak. Yah mau bagaimana lagi, ia hanya bisa minum air putih biasa atau air hangat, itupun jika ia mau.

"Harus mencari kemana lagi? Hyung dimana? Kookie rindu."

Jungkook benar-benar merana. Hiks

...

Terpaksa Jungkook memasak air sendiri karena kulkas benar-benar kosong. Persediaan air mineral juga sudah ia tandaskan tadi siang. Ia tidak bisa tidur dalam keadaan haus, kalau begitu mana mungkin ia mau repot-repot mendidihkan secangkir air -air keran lagi. Hanya secangkir air keran, kawan.

Jungkook menuangkan air yang sudah mendidih kedalam cangkir. Mengembalikan panci ketempat semula lalu menyambar cangkirnya. Sial! Jungkook harus menunggu airnya dingin terlebih dahulu. Tuhan bantu Kookie.

Sebenarnya ia bisa menaruhnya di freezer jika ingin cepat dingin. Namun Jungkook tak ingin mengambil resiko, ia ingat seseorang pernah mengatakan ini, katanya, 'jangan pernah menaruh sesuatu yang baru saja mendidih ke dalam kulkas, jika kau menaruhnya itu sama saja membuat ladang ranjau di dalam rumah sendiri!'

Entahlah, Jungkook harus percaya atau tidak. Rasanya sedikit tidak masuk akal. Hei, kulkas Jungkook mahal! mana mungkin bisa meledak semudah itu. Seperti yang sudah dikatakan Ia tidak mau ambil resiko. Berakhir dengan Jungkook yang memilih untuk sabar menunggu airnya dingin tanpa bantuan freezer.

Balkon adalah tempat yang tepat untuk bersantai sembari menunggu airnya yang sebentar lagi dingin Jungkook menengok langit untuk sekedar mengusir bosan. Cukup sepi, kosong karena mendung. Angin juga bertiup lumayan dingin.

"Dingin sekali."

Jungkook menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya. Setidaknya cukup untuk sedikit mengusir dingin. Entah memang terlanjur nyaman dengan kegiatan yang sekarang atau memang benar-benar lupa dengan tujuan awalnya.

Angin masih berhembus, sesekali membawa daun kering untuk luruh bersama. Dirasa mulai kedinginan Jungkook bergegas untuk masuk ke kamar. Benar, ia melupakan sesuatu.

Airnya.

"Sial! Kenapa daunnya masuk cangkir, sih!?"

🎑

Jungkook tidak bisa tidur. Ia pikir karena tenggorokannya kering, tapi bukan. Taehyungnya, ia rindu kakak idiotnya. Entah Jungkook harus mengamuk pada siapa lagi. Tak mungkin ia menjadikan Jimin sebagai tempat pelampiasan disaat pemuda yang lebih pendek darinya itu sudah kebal akan kemarahannya.

Ia tahu, Jimin juga sama lelahnya. Taehyung yang tiba-tiba menghilang dari pandang. Tanpa ucap tanpa bilang. Sampai tanda tanya besar muncul di kepala Jungkook. Hanya satu, kenapa?

Jungkook telentang, menatap lurus pada langit kamarnya. Ada satu stiker bintang di sana. Bukan stiker, itu sebenarnya adalah miniatur kecil yang di setiap ujungnya terdapat rumbai-rumbai halus. Taehyung yang melemparkan ke atas sana, sengaja di beri lem agar bisa menempel

Meraih ponsel pintarnya, kemudian mengulangi hal yang sama setiap harinya. Mengirim pesan pada sosok yang dirindu, walau tahu tak akan ada balasan untuk semua pesan-pesannya. Sadar diri, semua tak bisa lagi seperti dulu.

UntitleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang