Waktu berjalan begitu cepat. Terlalu cepat hingga tak terasa jejak-jejak cerita berubah menjadi kenangan. Tebaran senyum serta riuk riang tawa menjadi bukti jika hidup tak selamanya menyedihkan. Pun tak selamanya berakhir bahagia. Kesedihan, kesakitan serta merta mengisi kehidupan. Tak sedikit orang menganggapnya sebagai momok kehidupan.
Tapi itulah hidup. Jika kau merasa bahagia, tunjukkan tawamu, tunjukkan simpul manis di bibirmu. Dan jika kau sedih, menangislah. Biarkan tetes air matamu mewakili kesakitan yang kau alami. Tapi percayalah, kebahagiaan tengah menantimu di setiap sudut kehidupan yang kau jalani.
Tunjukkan bahwa hidupmu tak sesulit seperti yang orang lain katakan. Nikmati hidupmu selagi mampu. Walau kesakitan dan kesedihan sering menemani, jalanilah semampumu. Berjuanglah bersama dengan identitas serta hatimu. Tak peduli kau lelaki atau perempuan, your heart is your ID.
___
Entah sudah berapa kali pemuda itu berjalan mengitari nakas. Membuka satu persatu lacinya, mencari sesuatu. Maniknya sesekali melirik beberapa sudut tertentu di area kamarnya. Kemudian beralih ke bawah tempat tidur. Tangannya meraba-raba di kolong tempat tidur, mencoba menjamah sesuatu, namun yang dicari tak kunjung didapat.
"Sial! Dimana benda itu?"
Pemuda itu segera menegakkan tubuhnya. Berjalan ke arah lemari pakaian yang isinya sudah berceceran rata dengan lantai. Kembali menyibak lembar demi lembar pakaian yang ada.
"Ah payah! Rajungan! Saus tartar! Kenapa bisa lupa?!" Umpatnya untuk yang kesekian kali.
Saat dirasa yang dicari tidak ada di tempat itu, ia merapikan kembali isi lemari yang berserakan---tentunya dengan segala rentetan umpatan yang tak bisa direm untuk sejenak saja.
Setelah isi lemari beres, pemuda itu melangkah ke sisi pintu, menyambar hoodie hitamnya lalu memakainya dengan tergesa.
Ctuk
Sesuatu terjatuh dari saku hoodie nya. Wow! seperti pucuk dicinta ulam tiba. Yang dicari akhirnya ketemu. Dia membungkukkan tubuhnya, mengambil benda yang sedari tadi dicari lalu memasukkannya lagi ke dalam saku hoodie nya. "Hh akhirnya. Hai benda laknat, jangan menghilang lagi ya? Aku bisa mati jika tak menelanmu sehari saja." Ujarnya seraya menggoyang-goyangkan tabung kaca itu.
Adalah Taehyung. Pemuda yang kini beranjak dewasa. Pemuda rupawan dengan kecerdasan akal serta pikirnya. Pemuda dengan segala mimpi-mimpi besarnya. Yang merasa hidupnya dipermainkan oleh takdir.
Nyatanya semua tak seindah yang dibayangkan. Nyatanya Tuhan lah penulis skenario terbaik. Tidak ada yang dikurangi dan tidak ada yang dilebih-lebih kan. Semua sesuai dengan porsinya masing-masing. Tuhan selalu adil dengan hamba-hambanya, bukan?
🎑
Jungkook tengah berjalan sendirian menyusuri koridor sekolah yang mulai sepi. Hari ini Jungkook pulang agak terlambat dikarenakan ia harus menuntaskan hasratnya di kamar mandi. Yaa, sebenarnya ini kesalahan Jungkook sendiri sih, terlalu banyak menuangkan sambal pada makanannya tadi. Dan berakhir harus bolak-balik kamar mandi.
Jungkook bersenandung kecil untuk memecah hening. Jujur, koridor sekolah jika sudah petang memang cukup menakutkan ditambah lagi Jungkook hanya seorang diri sekarang. "Hh, mengapa hanya ada aku disini? Apakah ini sudah terlalu larut?" Perasaan Jungkook mulai tak tenang.
Tiba-tiba langkah Jungkook terhenti. Tubuhnya panas dingin. Jungkook merasa seperti ada yang mengikutinya sejak dari persimpangan lorong kelas 10.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitle
Fanfictionsudah ku katakan, bukan? tak perlu judul untuk menceritakan semuanya... .start. 2018.05.01