13 - Where?

1.6K 141 6
                                    

"Bagaimana keadaanmu?"

Jungkook mendongak, manatap manik kelam ayahnya. Sedikit berjengit kala suara ayah menyapa rungunya. Dasar perutnya bergejolak tak karuan.

"B-baik, ya, kurasa." Gugup tak bisa terelakkan. Bahkan untuk menyuarakan keterkejutannya pun sangat sulit. Pemuda itu tak pernah mengira ayah akan menanyakan keadaannya. Untuk membayangkan saja rasanya tak berani.

Ayah tak membalas, ia alihkan pandangnya untuk sekedar melihat keadaan sekitar. Sepi, hari ini tak ada yang berkunjung. Ya, siapa juga yang mau merepotkan diri hanya untuk mengunjungi tempat penuh sesak ini? Kecuali tiga orang yang hingga saat ini dua di antaranya masih berada tepat di depannya. Terlihat sangat canggung.

Ayah kembali menatap Jungkook yang sedang menunduk. Sedikit terlihat manik bocah di depannya bergerak tak tenang. Perspektifnya mengatakan anak itu tengah mencoba menghibur dirinya sendiri untuk memulai sebuah percakapan. Agaknya itu yang terlintas dipikirannya.

"Ekhem"

Terdengar suara Jimin memecah keheningan. "Maaf, aku harus keluar sebentar." Ia bangkit lalu melenggang pergi begitu saja. Sebelum benar-benar hilang di balik pintu, ia sempatkan untuk menoleh--melihat Jungkook tentunya. Anak itu juga tengah menatapnya, Jimin tahu, Jungkook tidak ingin ditinggal sendiri bersama sang ayah. Jungkook butuh Jimin. Dan Jimin juga tahu, ia tidak boleh sembarangan masuk dalam privasi orang lain sekalipun itu paman dan sepupunya sendiri.

Jimin mengangguk pada Jungkook yang masih menatapnya dari dalam, berkata lewat tatapan mata bahwa semua akan baik-baik saja. Setelahnya Jimin benar-benar menghilang di balik pintu.

Jungkook hanya bisa menghela napas, rencana yang telah ia susun menguap begitu saja. Jika dirinya sendiri saja tak mampu untuk sekedar menatap manik sang ayah, bagaimana bisa ia meluruskan kesalah pahaman, Jungkook payah!

"Appa," lirih Jungkook. Bagaimanapun juga ia harus menyelesaikan ini semua. Gugup, canggung, dan takut. Tangannya tak mau berhenti gemetar. Benar-benar payah!

Hongdo melirik bocah di depannya, menatap Jungkook dengan pandangan bertanya. Ah Jungkook, ia harus menekan detak jantungnya yang seakan bisa melompat dari tempatnya kapan saja.

"Appa, sebelumnya aku ingin minta maaf. Maksud kedatanganku kemari hanya untuk meluruskan kesalah pahaman yang---" Jungkook menghentikan kalimatnya kala nyalang mata ayah begitu menusuknya.

"Apa maksudmu?" Tenang, rendah, dan membunuh.

"Semua ini jebakan, appa! Mereka memanfaatkan kebaikan keluarga kita untuk balas dendam."

"Kau bocah tahu apa?" Dingin suara ayah masuk melalui rungunya. Masih dengan nada suara yang tenang.

"Tahu apa kau?! Karna kau semuanya hancur! Berakhir dipenjara, Istriku mati, Kedua anakku hilang! Dan kau tahu siapa penyebabnya?" Hongdo menarik napas dalam setelah berteriak pada Jungkook. Agak mencondongkan tubuhnya ke depan lalu berbisik. "Kau,"

"Dan kau!" Tangannya menunjuk tepat di dada Jungkook. "Tanpa tahu malu masih berani mengatakan kau bagian dari kami, lucu sekali."

"Aku?" Jungkook menatap Hongdo tak percaya. "Kau masuk penjara karena kau pantas mendapatkannya! Dan istrimu, dia mati karena sakit. Dia sekarat!"

"Jaga ucapanmu, sialan!" Hongdo mencoba menetralisir gejolak amarah yang membuncah hingga ke ubun-ubun. Bagaimanapun, ia sudah berjanji pada seseorang tadi.

"Maaf."

Pria paruh baya itu menatap Jungkook yang menunduk setelah meminta maaf. Ada sedikit nyeri di relung kala manik menangkap sejuta luka tak kasat mata pada anak itu.

"Pergilah," Jungkook mendongak tak percaya. Ia baru saja ingin memulai, namun sang ayah menyuruhnya pergi.

"Sebelum appa hilang kendali, sebaiknya kau pulang. Pergi dari sini." Nada suara yang datar itu mampu membuat hati Jungkook sedikit menghangat. Entahlah, Jungkook hanya merasakannya saja. Sekeras apapun sang ayah, ia takkan membiarkan bocah kelinci itu terluka cukup dalam bukan. Anggap saja perbuatan yang lalu adalah bentuk ke-khilafan sang ayah demi membuat Jungkook menjadi pribadi yang lebih kuat lagi.

Pemuda itu menghela lalu mengangguk. "Aku pergi. Jaga diri appa baik-baik. Aku pasti akan kembali. Aku menyayangimu."

Setelah mengucapkan itu Jungkook meninggalkan sang ayah yang masih menatapnya hingga menghilang di balik pintu. Harus Hongdo akui, ia rindu bocah itu. Bocah yang selalu menempel padanya dulu. Bocah yang dulu nya masih sering mengompol itu kini tumbuh menjadi pria yang tampan. Namun perasaan rindu itu harus ditepis olehnya, ego nya masih terlalu tinggi untuk ia tekan.

🎑

Seokjin tengah kelimpungan mencari seonggok manusia yang tadinya terbaring manis di atas ranjang. Niat awalnya ingin memastikan bocah senyum kotak itu baik-baik saja. Namun realita membuat rahangnya terjatuh. Kim Tae konyol itu tak ada di sana. Di balkon, kamar mandi, serta kolong tempat tidur sudah ia telusuri namun tetap saja anak itu tak bisa ia temukan. Rasanya Seokjin hampir kehilangan akal sehatnya. Jika terus seperti ini ia akan mendekam di tempat penuh orang gila. Seokjin tak ingin menjadi bagian dari mereka. Setidaknya dia tak ingin kembali menginjakkan kaki lagi disana.

Samar Seokjin mendengar suara pintu terbuka dari ruang utama. Segera ia berlari keluar dari kamar. Dengan wajah tak karuan (namun masih tetap tampan, sih) pemuda dengan bahu lebar itu berceloteh dengan dua manusia yang baru saja tiba. Tentu keduanya sulit mengerti apa yang Seokjin katakan. Tapi yang keduanya dapat simpulkan ialah, sesuatu yang tidak beres telah terjadi. Hingga Jimin meminta Seokjin mengulangi kata-katanya, semua menjadi lebih jelas.

"Taehyung hilang! Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Ya Tuhan, tolong hambamu yang tampan ini. Aku mohon."

Jungkook dan Jimin saling tatap. Seakan berkomunikasi lewat pikiran dan mata masing-masing, mereka langsung melesat pergi begitu saja. Meninggalkan Seokjin yang semakin menggila dengan keadaan.

"Kita harus pergi ke daerah dekat penjara tadi, hyung!" Jungkook mengomando. Pantas saja jantungnya sedari tadi berdetak tak karuan, kemungkinan inilah penyebabnya.

"Apa mungkin? Taehyung itu sedang tidak baik Jungkook-ah."

"Hyung, apa kau percaya jika yang kulihat di depan penjara tadi benar-benar Taetae hyung, hyung? Entah kenapa ikatan kami begitu kuat, jadi aku bisa merasakannya. Sekarang hyung percaya padaku dan cepat masuklah kedalam mobil. Aku takut sesuatu yang buruk terjadi."

Jimin menghela, ya benar, ikatan antara Jungkook dan Taehyung benar-benar kuat. Dan mungkin kali ini ia akan menyerahkan semua pada Jungkook. Tidak ada salahnya percaya, kan?

"Baiklah, ayo cepat!"

Tbc

Haiii, aku rindu😍

Hehe, maapin
Jangan timpuk chim🥊🎾💢🤕
Chim udah kelas 12, jadi susah bagi otaknya mwehe
Adakah diantara kalian yang juga kelas 12? Put your hands up, please!🙌
Aloha para pejuang sbmptn dan sejenisnya👋 mari kita berjuang bersama hehe
Semangat
Luv ya💙

UntitleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang