[29] Perlahan tapi Pasti

886 103 196
                                    

•••••

Kamu masih satusatunya yang kuingini seumur hidupku

•••••

Sudah pukul 18.00, tapi Feli masih sempat-sempatnya untuk santai-santai di kasurnya. Padahal sebentar lagi pesta ulang tahun Reynand akan segera dimulai. Memang, Feli tidak perlu membuang banyak waktu untuk berdandan layaknya wanita yang akan hadir di pesta itu. Secara karena Feli memang tidak suka berdandan atau bisa di bilang tidak tahu berdandan.

Kalau masalah gaun, Kiran sudah mempersiapkannya jauh-jauh waktu. Kalau bukan Kiran yang menyiapkannya, mungkin Feli akan datang dengan pakaian yang biasa-biasa saja.

Feli menatap layar handphonenya yang sudah sejak tadi menempel di tangannya. Di layar tersebut tertulis 'Lia bawel' yang sedang menghubunginya. Bukannya menjawab telepon dari Lia, Feli malah berlari memasuki kamar mandinya. Dia tahu kalau Lia meneleponnya hanya untuk menanyakan apakah Feli sudah siap atau belum.

"Mati gue, kalau sampai Lia tau gue belum siap-siap, gimana?" tanya Feli sendiri.

Setelah beberapa menit berada di dalam kamar mandi, Feli keluar dengan keadaan yang agak basah karena dia tidak sempat untuk mengelap tubuhnya.

Dia meraih sebuah gaun merah yang tergantung di dalam lemarinya, sebelum memakainya dia memastikan dulu apakah gaun itu terlalu berlebihan atau tidak. Melalui pantulan di depan cermin itu, Feli meletakkan gaun tersebut di depan tubuhnya tanpa memakainya.

"Ah, bodo amatlah kalau berlebihan." Feli langsung memakai gaun tersebut.

Suara klakson yang berasal dari luar rumahnya kini terdengar sampai di kamar Feli, dia tahu kalau suara klakson itu dibunyikan oleh Lia. Feli mengeringkan rambutnya lalu memakai sedikit bedak dan lipstik seadanya.

Dia mengambil tas dan high heels yang akan dipakainya. Dia menuruni anak tangga sambil menenteng tas dan high heelsnya dengan cepat menuju ruang tamu yang berada di rumahnya itu.

"Lo udah datang?" tanyanya pura-pura tidak tahu kalau Lia sudah datang dari tadi sambil memakai high heelsnya

Lia yang duduk di kursi tamunya itu kini memperhatikan Feli dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. Dia tertawa kecil saat melihat wajah Feli.

Feli mengerutkan keningnya. "Kenapa?"

Lia mencoba menahan tawanya. "Lo seriusan gitu doang?"

Feli memperhatikan dirinya dari bawah. "Pakaian gue berlebihan yah?"

"Bukan pakaian lo, tapi muka lo kekurangan make up," kata Lia lalu melangkah mendekati Feli untuk membawanya kembali ke kamar.

"Eh, lo mau bawa gue kemana?"

"Lo ngikut aja, pokoknya lo harus cantik malam ini." Lia masih mendorong tubuh Feli menuju kamarnya.

Feli pun mengikuti Lia menuju ke kamarnya. Dia duduk di atas kasurnya, sedangkan Lia mencari-cari tempat make up Feli.

"Lo nyari apa?"

"Make up lo dimana?" tanya Lia yang masih sibuk membuka laci meja rias Feli satu per satu.

"Gue gak punya make up," jawab Feli yang membuat Lia keget

"Lo serius?"

Feli mengangguk. "Tapi, nyokap gue punya."

"Ya udah buruan ambil!"

Dengan cepat Feli keluar dari kamarnya menuju kamar Kiran untuk mengambil alat-alat make upnya.

Still You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang