"Aku mau panggil Kak Mark, kamu tunggu di sini."
Dan Jeno menunggu. Jeno tidak tahu apa yang ada di dalam hatinya, tapi dia merasa harus mengatakannya. Dia harus mengatakannya, harus meluruskan semuanya, sebelum semuanya semakin kacau. Jeno memainkan ujung dasinya, dan langsung berdiri ketika Mark muncul di hadapannya. Dia tidak tersenyum, tidak seperti biasanya. Biasanya Mark selalu senyum ketika melihat Jeno. Apa dia sudah terlalu jauh menyakitinya?
"Jeno? Kamu mau ngomong sama aku?"
"I-iya kak.."
"Kebetulan, aku juga mau ngomong."
Rasanya jantung Jeno merosot jatuh langsung ke lambungnya. Apa ada sesuatu yang ingin Mark sampaikan padanya?
"Tapi kamu dulu deh."
Seperti rollercoaster, jantungnya yang terasa sudah dicerna di dalam lambungnya rasanya tiba-tiba naik kembali. Jeno bisa merasakan detakan yang keras. Dadanya menyesak.
"Aku.." Hembusan nafas berat. Jeno tidak bisa mengucapkan kata-kata yang sudah dirangkainya. Jeno tidak bisa, tenggorokan serasa menyempit. Matanya perih dan pandangannya memburam.
Jeno takut. Jeno takut. Jeno takut.
Mark menatapnya dengan tidak suka, oh tidak, dia pasti membencinya. Jeno meremas dadanya yang kian mengecilkan pasokan oksigennya. Ujung matanya melihat tangan Mark berusaha meraih dirinya.
"Jeno? Kamu kenapa?"
Tapi Jeno menepis tangan itu. Dia menatap Mark dengan mata yang berkaca-kaca.
"Maaf," Jeno menutup mulutnya sendiri, serasa mual seketika. "M-maaf Kak Mark!"
Dan Jeno pun pergi meninggalkan Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Is Not Supposed To Be Sad
FanfictionSeperti dalam drama percintaan, ciuman pertama Jeno terasa hangat dan bercampur air mata.