Setelah pintu itu tertutup, Jeno merasa kakinya berubah menjadi jeli dan dia langsung berjongkok. Kepalanya pusing, telinga berdenging. Matanya berair kembali. Dadanya sesak, Jeno seperti tercekik.
Jeno sudah terlambat. Semuanya sudah selesai. Jeno membiarkan kesempatannya lepas dari tangan bodohnya begitu saja. Dia bodoh, dia ceroboh, dia merasa malu. Jeno membenci dirinya sendiri. Dia merasa seperti sampah sekarang. Tidak ada lagi yang bisa Jeno harapkan. Kakinya berjalan mengajaknya pulang membawa semua rasa negatifnya bersama.
Jeno menangis di jalan. Dia meremas dadanya yang semakin menyesak. Kenapa pecundang sepertinya harus merasakan hal pahit seperti ini?
Jeno melihat seseorang tengah berdiri di depan pintunya. Buru-buru Jeno menghapus air matanya, mengira kalau rumahnya kedatangan tamu.
Tapi itu bukan tamu rumahnya, melainkan tamu hatinya.
"Kak...Mark..?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Is Not Supposed To Be Sad
FanfictionSeperti dalam drama percintaan, ciuman pertama Jeno terasa hangat dan bercampur air mata.