Mark menengok dan melihat ke arah Jeno yang wajahnya terlihat kacau. Mark memakai mantel yang kebesaran. Terlihat sekali dia akan pergi menjalankan perjalanan yang jauh.
"Ah, Jeno.."
Lari! Lari! Badannya berteriak untuk berlari. Tapi Jeno kuat. Jeno berhasil menahan malu di dalam tubuhnya dan tetap berdiri di depan Mark.
"Kenapa kamu nangis? Kok kamu pake baju tidur? Di luar sini kan dingin." Tanya Mark, wajahnya terlihat khawatir.
Jeno tidak habis pikir. Dia langsung berlari dan memeluk Mark begitu saja. Dia menangis dan menangis, memeluk Mark erat, menjerit dalam hati dan berharap bahwa Mark tidak akan pergi, tidak akan jauh dari dirinya. Tapi Mark tidak berkata apapun. Dia hanya membalas pelukan Jeno dalam diam dan mengusap rambutnya.
"Aku ke sini karena kamu engga datang ke pesta perpisahan ku."
"Engga.. engga ada...hiks.. engga ada yang kasih tahu...hiks."
Jeno sampai sesenggukan menjawabnya. Sekuat itukah dia menangis?
Mark tidak menjawab. Dia hanya membiarkan Jeno memeluknya, meredakan keinginan sunyi yang Jeno teriaki dalam hati. Mark terus saja mengusap rambut Jeno, tak lupa menepuk punggungnya untuk meredakan tangisan.
"Kamu puas-puas aja peluk aku engga apa-apa. Kita bakal lama engga akan ketemu soalnya hehe."
Rasa menyesak muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Is Not Supposed To Be Sad
FanfictionSeperti dalam drama percintaan, ciuman pertama Jeno terasa hangat dan bercampur air mata.