"Kalau kamu merasa sakit, panggil Mama ya. Jangan ditahan terus."
"Iya ma."
Pintu tertutup, dan Jeno menghela nafas. Dia mengubur dirinya di dalam selimut hangat. Mata sayunya menatap ke langit-langit, kemudian ke arah jendela dengan tirai yang belum dibuka. Secercah cahaya menusuk masuk melewati celah kecil. Di luar sudah siang; dan Jeno masih terbaring di atas kasurnya.
Dia tidak sakit. Oh, Jeno ini bukan manusia yang lemah. Tapi entah kenapa hari ini dia merasa lemas sekali. Lemas, sampai dia tidak bisa bangun dari tempat tidurnya. Sesuatu mengganggu pikirannya. Memukul sebuah akal sehat dalam dirinya, Jeno yakin dia telah membuat dirinya percaya bahwa dia sedang sakit. Jeno menggigit bibir bawahnya.
Kenapa bisa-bisanya dia melakukan kesalahan sebesar itu? Dan lagi, tanpa berpikir dua kali? Sekarang Mark mengira bahwa dirinya bersalah, dan Jaemin sepertinya membencinya karena Jeno menyakiti perasaan kedua temannya, sekaligus dirinya sendiri.
Jeno hanya menangis. Dia tidak ingin bertemu mereka, tapi Jeno kesepian. Dia malu, dia merasa telah mengkhianati persahabatan dan menginjak perasaan mereka.
Jeno ingin tidur. Matanya terlalu sakit untuk terbuka karena semalaman menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Is Not Supposed To Be Sad
FanfictionSeperti dalam drama percintaan, ciuman pertama Jeno terasa hangat dan bercampur air mata.