Tidak sedetikpun Jeno melepaskan tangan Mark. Di jalan, di mobil, bahkan ketika sampai di bandara sekalipun tangan Jeno masih berusaha mengambil kehangatan tangan Mark. Dia tidak ingin melepasnya, dia ingin terus merasakannya. Tapi itu mustahil.
Mark bahkan rela duduk di bangku yang ada di luar ruang tunggu demi menemani adik kelas yang sepertinya sangat menyayanginya itu. Sampai akhirnya Mark melihat ke arah jam digital bandara dan menghela nafas.
"Oke Jeno, sebenarnya kamu kenapa sih? Aku bertanya serius sekarang."
Oh, jadi dia harus menjelaskannya sekarang. Jeno pikir dia masih ada waktu. Baiklah, Jeno pasti bisa. Persetan dengan Mark jijik atau tidak, Jeno hanya ingin perasaannya tidak terkunci dalam hatinya.
"Aku.. suka sama Kak Mark.."
Heol, mudah sekali mengatakannya. Kenapa tidak dari dulu Jeno mengatakannya? Terkutuk lah dia dan sifatnya yang pesimis itu! Mark hanya menatap Jeno bingung. Ah sial, dia pasti jijik... Dia pasti membencinya... Jeno dengan tanpa sadar melepas tangan Mark.
"Maaf kak, pasti Kak Mark jijik kan sama aku.." Ayolah, matanya sudah terlalu perih untuk menangis. Air mata, berhentilah! "A-Aku pulang aja kalau gitu."
Jeno berdiri dan berniat pulang saja menggunakan taksi, tapi Mark mencegatnya. Tangan Jeno dipegang. Ah, apa ini? Jeno tidak suka dipermainkan begini. Perasaan bodoh. Perasaan bodoh!
"Sejak kapan?"
"Sejak," Jeno mengelap matanya. "Kelas 7. Sampai sekarang."
Jeno yakin selanjutnya pasti akan menjadi sesuatu yang menyakitkan bagi Jeno dilihat dari ekspresi Mark yang syok begitu. Bibir Jeno bergetar menahan tangisan. Jeno membenci dirinya yang sangat mudah menangis ini.
"Jeno? Jeno jangan nangis dulu, dengar aku."
Jeno tidak ingin melihat wajah kecewa Mark, jadi dia menunduk. Tapi Mark menangkup wajah Jeno, memegangnya dengan lembut dan mengangkatnya.
"Hei, kenapa kamu nangis?"
"Karena Kak Mark jijik sama aku.."
"Kata siapa?"
"Kata aku."
Mark tertawa. Keras sekali. Jeno sampai kaget melihatnya. Apa Jeno terlihat sengaja lelucon di matanya? Dia merasa konyol.
"Benar-benar deh!" Kata Mark ketika selesai tertawa. "Aku harus menunggu selama ini."
Jeno bingung. Mark mencubit pipi Jeno dan tersenyum.
"Aku juga suka sama kamu, Jeno. Apa kamu engga sadar?"
Mata Jeno membulat. Huh, pasti dia bermimpi. Ya, Jeno pasti bermimpi. Pasti dia sedang tidur di rumahnya sekarang setelah pulang dari bandara. Jeno mencoba mencubit pipinya, keras, tapi yang dia dapat hanyalah erangan kesakitan dari mulutnya sendiri. Mustahil. Mark tidak mungkin...
"Tapi Kak Mark.. pacaran sama perempuan..?"
"Hm, iya sih. Itu karena aku mencoba membuang perasaanku ini, tapi nyatanya aku engga bisa. Wajahmu selalu terbayang di kepalaku."
Jeno memerah hebat. Tapi dia tidak sepenuhnya bahagia.
"Pesawat XXX dengan tujuan ke Kanada sebentar lagi akan melakukan keberangkatan pada jam...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Is Not Supposed To Be Sad
FanfictionSeperti dalam drama percintaan, ciuman pertama Jeno terasa hangat dan bercampur air mata.