5

1K 155 24
                                    

" Papa!!" Teriak Yuna memanggil Wendy yang sibuk berdiri tidak jauh darinya dan Irene.

" Mh?" Tanya Wendy.

" Kemari!" Teriak Yuna berlari ke arah Wendy kemudian ia tarik pria itu mendekati Irene.

" Wae?" Tanya Wendy.

" Dorongin." Pinta Yuna terduduk di sebelah Irene lagi di ayunan panjang rumah Bae.

" Ok." Angguk Wendy yang langsung berdiri di belakang ayunan dan ia dorong pelan ayunan itu.

Wendy melihat saja Irene dari belakang. Badan Wendy juga maju-maju ingin bersandar di besi ayunan.

" Ma." Panggil Wendy. Dan Irene langsung menoleh membuat bibir Wendy berhasil mendapatkan ciuman di pipi Irene.

" Wahh.. stamina ku bertambah." Kata Wendy dan Irene langsung turun dari sana sambil melempar high heels nya. Wendy langsung ngacir berlari menjauh saat teriakan Irene menggema di depan rumah.

Yuna hanya tertawa saja di atas ayunan sambil mendukung daddy-nya yang berusaha menghindari lemparan tepat Irene.

Plaakk!!! Saat Wendy merunduk dan berdiri lagi, ia terkejut melihat sepatu sebelah Irene sudah berada di hadapan wajahnya. Al hasil, high heels berat itu mengenai kepala Wendy membuat Wendy langsung terduduk ke bawah memegangi kepalanya.

" Ya! Mianhe." Ucap Irene berjalan mendekati Wendy.

" G-gwaenchanha..." Jawab Wendy sambil meringis mengangkat kepalanya melihat Irene.

Tes! Setetes darah mengalir melewati pipi belakang Wendy. Membuat Irene langsung terkejut sekaligus memegang dagu Wendy melihat luka terkena ujung runcing high heels nya.

" Oh my god!" Ucap Irene.

" Haaaaahhhhh!!!!!!!!" Yuna membuka lebar mulutnya melihat darah banjir di semen rumahnya.

" W-wae?" Wendy merasa pusing.

----

" Sakit?" Tanya Irene.

" Ani." Jawab Wendy sambil memegangi plester selagi Irene mengoleskan obat merah di lukanya.

" Ahhk!" Rintih Wendy.

" Katanya tidak sakit." Kata Irene yang sekarang melihat runduk Wendy di bawahnya.

" Ini perih." Ucap Wendy sambil memegangi tangan Irene agar wanita itu pelan-pelan menutupinya dengan kapas.

Irene menempelkan nya pelan di luka Wendy. Kemudian ia sedikit menekannya agar plester terpasang rapat. Mata Irene melihat cincin perak di jari manis Wendy. Kemudian ia melihat pria itu yang masih merunduk menunggu dirinya.

" Kamu... punya tunangan?" Tanya Irene.

" Mworago?" Tanya balik Wendy yang sekarang mengangkat kepalanya melihat Irene dan juga tangannya masih memegang pergelangan tangan Irene.

" Sejak kapan aku punya tunangan?" Tanya balik Wendy.

" Ini... cincin tunangan kan?" Tanya Irene balik.

" Ahh...ini? Ini cincin dari wanita yang tadi menamparku. Aku lupa melepaskan nya." Jawab Wendy.

" Akan aku ganti dengan cincin pertunangan kita nanti." Goda Wendy membuat Irene langsung melepas genggaman pria itu dan berdiri segera dari sofa.

" Eodiga?" Tanya Wendy memegang baju Irene dan menarik Irene berjalan mundur mendekatinya lagi.

" Ya!!" Kesal Irene sambil melirik ke belakang.

Wendy tersenyum. Ia langsung membuat Irene berbalik dan menempati wanita itu terduduk di atas pahanya.

Wendy masukkan jari jemarinya melewati selah lengan Irene. Kemudian ia kunci kedua tangannya melilit di belakang punggung Irene.

PLAYBOY my PLAYER ✓ [C]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang