7 - Kacau.

277 106 57
                                    

"Sesuatu yang membekas, seharusnya bisa terkelupas."

"Biarkanlah luka itu terjadi, daripada kamu mengalami sakit yang lebih parah lagi."

Semuanya berlalu begitu cepat, tak sesuai ekspetasi, realita yang tak dapat mengungkapkan bahwa satu tahun adalah waktu yang tak mudah untuk di lewati.

Hari-hari berlalu saja, tanpa adanya rasa yang ada, menyakitkan untuk di lupa, terlalu bodoh untuk di ingat.

"SAM!" Pekik teman satu bangku nya, Galih.

Sam membuka matanya berat, menghilangkan berbagai fikiran di otak nya sekejap, "Hm?" Gumam Sam dengan nada mengantuk.

"Begadang lo?" Bingung Galih sambil mencoba melihat kantung mata Sam yang sembab.

"Begitulah."

"Kenapa?" Bingung Galih dan melanjutkan, "Icha?"

"Apaansih lo," Cetus Sam dan kembali tidur di atas ransel yang berada di meja nya agar tidurnya agak nyaman.

"Satu tahun udah berlalu, lo nggak bisa bertahan dengan yang nggak pasti." Ketus Galih.

Sam tak memerdulikan nya dan tetap terfokus dengan matanya yang kelelahan.

Waktu istirahat telah tiba, semuanya menuju tempat terfavorit di sekolah, kantin.

"Sam, kantin kuy." Ajak Galih.

Tapi, Sam masih tertidur disana tak memerdulikan sekitar nya.

"Mabuk dia ya?" Tanya Tarno bodoh.

"Bukan, habis minum racun tadi, yaudah kita duluan aja." Ucap Galih dan mulai meninggalkan Sam, mengajak Tarno pergi ke kantin.

Sam sejujurnya tidak tidur, walaupun dia mengantuk, fikiran nya terlalu mengelabui nya, Icha adalah wanita pertama yang membuat Sam benar-benar jatuh cinta.

Sam mengangkat kepala nya dan membuka matanya yang terasa berat sekali, Sam melihat sekeliling kelas nya, tak ada sebatang pun orang disana, ia sendiri.

"Sam?" Tiba-tiba suara dari arah pintu kelas datang, ada wanita yang tak begitu populer baginya, dia adalah murid yang pendiam, tak bisa membuka mulutnya sedikit pun, selama satu tahun di kelas itu, Sam hanya mengetahui bahwa ia adalah kutu buku. Rina.

Rina sendirian masuk ke kelas itu dan mendekati Sam. "Sam," Sam mengernyit bingung bagaimana bisa Rina memanggilnya, dia punya mulut?

"Apa?" Tanya Sam serak sambil mengusap kotoran di matanya.

"Lo dipanggil Bu Dina." Ucap Rina.

"APA?!"

Sekitar tiga puluh menit, ceramah yang diberikan Bu Dina benar-benar membuatnya begitu kesal.
"Kenapa buat tugasnya begini?"

"Niat nggak sekolah?"

"Baca buku nggak di rumah?"

"Berhenti aja, ngemis di kolong jembatan sana."

Karena tugas Sam yang salah, ia harus membuat tugas tersebut menjadi dua kali lipat.

Sam tak pulang, karena dia malas kerumahnya dan memilih untuk mengerjakan tugas itu di sekolahnya.

Teh kotak dan cimol rasa balado telah menemaninya di meja kelas agar tak bosan, cemilan adalah satu-satunya jalan.

Sam mulai mengambil buku dan bolpoin nya segera memperbaiki tugasnya yang salah.

Satu jam telah berlalu, Sam masih terfokus pada pekerjaan nya, tangan nya terlalu berat untuk menulis lagi, memutuskannya untuk keluar kelas dan mengemasi tugas nya.

SACHA [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang