16 - Semuanya Hilang

166 46 9
                                    

"Seandainya aku bisa merubah takdir, aku akan merombak hal yang tak kuinginkan."

"Setiap manusia bertemu saja, lalu pergi menemui tujuannya."

*****

Tanggal merah adalah tanggal paling terfavorit dikalangan setiap murid-murid yang ingin menjalankan refreshing weekend. Begitulah yang terjadi sekarang. Sam, Galih dan Tarno sudah berjalan sekitar dua keliling dilapangan, dimana banyak sekali yang berada disana untuk menikmati indahnya udara pagi atau jogging membuat tubuh lebih berenergi.

Tentu saja, hal terbaik dari jogging dilapangan ini bukan saja mengisi energi fisik dan rohani, tetapi juga untuk memijah mata agar lebih fresh.

"Subhanallah, maafkan hambamu ini yarabb karena telah melihat dosa yang sungguh menggoda ini," ucap Tarno seraya mengeluarkan ileran yang menjulur panjang pada mulutnya, tidak lain dan tidak bukan karena wanita-wanita disana yang berjalan dengan anggun tetapi yang diutamakan adalah pakaian ketat yang mereka kenakan, apalagi jika mereka berwajah bening.

"Maka nikmat tuhan mana lagi yang engkau dustakan?" Tarno masih tak henti-hentinya berfantasi dengan surga dunia yang mengelilinginya.

"Otak lo bok*p semua isinya tai," pukul Galih pada kepala Tarno.

"Aduh, sakit woi. Bisa nggak sih lo nggak mukul gitu?" oceh Tarno.

"Bisa, palingan gue terjang dah tuh."

Sementara Sam hanya berjalan seraya merenungkan hari esok.

Icha telah membloknya kembali, yang tersisa hanyalah pesan dari Icha yang kembali mengirimkannya sebuah pesan. 'Besok kita ketemu ditaman."

Tarno tertawa mengintip Sam yang terlihat murung, "Hey jangan sedih gitu, kenapa cerita?"

Sam mendelik sebal, "Gue nggak bisa cerita,"

"Icha lagi?"

Sam tak peduli pada Tarno, ia lebih memilih pulang kerumahnya kembali.

****

Semenjak Sam marah pada Ayahnya. Ayahnya berubah untuk menjadi lebih baik, tak bertengkar lagi pada ibunya. Dan keluarga itu menjadi harmonis lagi.

Keluarganya telah harmonis, tetapi masih ada yang kurang. Hubungannya, hubungan tentang Sam bersama Icha. Apakah kembali seperti sedia kala? Sam rasa tidak, Tidak akan mungkin.

"Kapan lo berhenti galau?" Trivia datang menghampiri kakaknya itu. Terlihat murung, lebih menampilkan perasaan yang tak biasanya.

Sam menoleh menghadap pertanyaan disampingnya. Tentu saja, Trivia memanglah gadis yang nakal, tidak ada rem saat berbicara. Tetapi tidak ada yang bisa mengalahkan kepeduliannya.

"Kenapa Vi?" sahut Sam.

Trivia duduk didepan kakaknya.

"Kata ayah dan ibu. Trivia akan masuk pesantren,"
"Kapan?"
"Kapan apa?"
"Kapan kamu akan pergi?"
"Setelah bagi raport,"
"Kenapa harus pesantren?"

Trivia diam sejenak menghela nafas,

"Kak, didunia ada yang namanya pertemuan dan tak setiap pertemuan bisa selalu menyatu. Terkadang ada jarak yang memisahkan, atau masalah yang menghancurkan."
"Padahal keluarga kita baru bahagia, kenapa kamu harus menjauh?"
"Kalau kita selalu bertemu, takdir tidak akan ada."
"Via,"
"Apa?"

Sam memeluk Trivia, "Kakak akan selalu merindukanmu,"

Via merasakan hangatnya pelukan Sam yang begitu erat. Trivia tersenyum tipis. "Iya kak, Via juga akan selalu merindukan kakak."

"Tumben lo manggil kakak?"
"Oke Bang Sat,"
"Bang Sam."

Trivia tertawa, "Bagaimana hubungan kakak?"
"Hubungan?"
"Iya,"

"Tak berjalan sesuai rencana. Tak terpacu sesuai perjalanan yang ada."

Trivia memasang senyumnya tipis, "Makanya Trivia masuk pesantren, biar nggak ketularan sifat kakak tuh," ucapnya seraya tertawa.

"Sifat kakak udah mewabah gitu?"
"Iya kak," ucap Trivia masih tertawa.

"Pulangnya kapan?"
"Enam bulan sekali, mungkin,"
"Selama itu?" Sam tak terima.

Via tertawa lagi, "Jangan kangen kaya' gitu dong,"

"Gue nggak kangen lo. Gue kangen kenakalan lo."
Trivia tersenyum, "Iya, iya, ntar Via beliin balon yah."

"Balon lu aja tuh,"

Via dengan cepat mendeloyor kepala Sam, "Kapan sih lo waras bangsat?" Trivia tahu balon apa yang dimaksud.

Sam kesakitan, "Tunggu masuk pesantren," ucap Sam seraya tertawa.

SACHA [SELESAI] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang