°25°

9.8K 565 63
                                    


Ali benci hari ini besok atau kapanpun. Ali dan Prilly resmi putus dan itu tanpa persetujuan dirinya. Cowok itu kadang memaki dirinya sendiri yang terlalu bego waktu kemarin. Tetapi jika ini memang takdirnya dia bisa apa selain mengikhlaskan?

Flash back*

"Putusin gue."

Ali tak menjawab pertanyaan dari Prilly lidahnya terlalu kelu, dia hanya dapat menatap wajah Prilly yang terluka.

"Lo diam gue anggap iya. Jangan temuin gue lagi setelah ini." Ucap Prilly sebagai perpisahan dan pergi menjauh dari pandangan Ali.

Ali yang merasa tersadar langsung memaki dirinya.
"Bangsat! Tolol lu" makinya pada diri sendiri.

Off*

Ali menatap malas ke arah papan tulis yang berisikan tulisan sejarah. Tak ada niat untuk membaca apalagi menulisnya. Hidupnya nampak hampa dan kosong. Mungkin kekecewaan Prilly sebegitu besarnya membuat hubungan ini harus selesai. Tapi dia belum menjawab 'ya' atau 'tidak', Prilly menyikapinya sepihak tanpa persetujuannya.

Tak lama guru Sejarah pun keluar dari kelas karena pelajaran sudah berakhir. Ali menoleh ketika punduknya Devano tepuk.

"Kenapa sih Li? Udah mau UN juga masih aja bengong. Inget man minggu depan kita udah mulai Ujian Nasional." Ucap Devano

"Gue diputusin." Balas Ali singkat namun mampu membuat mulut Devano membuka lebar.

"Ma-maksud lo? Eh kok bisa sih?" Tanyanya masih tak percaya.

"Prilly salah paham sama si Kaira." Katanya lemas namun ada nada kecewa didalamnya.

Devano menghela nafasnya.
"Lo gak usah galau lah, gue bantuin buat ngelurusin ni masalah." Seru Devano membuat Ali menatapnya.

"Percuma, dia udah gak percaya lagi sama gue." Katanya frustasi.

Devano menatap Ali iba. Ali belum pernah seperti ini sebelumnya, Ali terlihat sangat begitu menyayangi Prilly.

"Jangan pesimis, lo kuat Li. Inget jangan terlalu terbebani karena ini. Lo udah mau UN dan gue gak mau gara-gara ini penyakit lo kambuh lagi." Lirihnya di akhir kalimat.

Ali tak membalas. Matanya merunduk sedih, hari ini adalah hari terburuk yang pernah Ali alami. Hatinya kacau namun dia tak ingin seperti anak kecil, ia harus berfikir dewasa. Bukankah cinta memang bukan segalanya?

Mungkin dapat kalian lihat, nyatanya cowok dingin dan datar dapat menangis dan terlihat lemah.

📌📌📌


"Prilly kok banyak diem ya?" Bisik Rissel kepada yang lainnya sedangkan di depannya Prilly sedang sibuk menyalin rangkuman dengan menggunakan earphone yang dipasang di kedua telinganya

"Mungkin gak sih, gara-gara kemarin kita salah ngomong?" Shena berujar membuatnya kedua sahabatnya berfikir.

"Mungkin iya. Coba nanti pulangnya kita tanyain sama dia." Ucap Shena diangguki yang lainnya.

Kemarin saat pulang sekolah, Prilly tidak banyak bicara. Cewek itu cenderung banyak diam, tapi tidak menangis juga hanya sedikit berubah menjadi dingin. Bahkan dirumah pun dia tidak banyak keluar kamar. Diam menyendiri di dalam kamar dengan buku-buku novel kesukaannya dan beberapa film korea untuk menghibur dirinya.

Walaupun ada sedikit yang hilang, namun Prilly enyahkan dia tidak ingin dinilai sebagai cewek yang lemah. Bagaimana pun dia tetap pada pendirirannya untuk tidak menangis karena laki-laki.

My Cold Boyfriend [E.N.D]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang