Hari ini, hari pertama gadis itu memasuki bangku SMA, dirinya beruntung mendapat beasiswa dari sekolah ternama ini karena prestasi bukan karena dirinya tak mampu.
Bahkan ia sangat mampu, Ayahnya seorang CEO dan mamanya pemilik studio foto terkenal di Indonesia, bahkan terdapat beberapa cabang diluar negeri.
Terlahir dari keluarga kaya tak membuat gadis berusia 15 tahun itu menjadi sombong.
Amel tetaplah Amel, terlahir dengan indra keenam yang membuatnya seringkali merasa takut.
Sampai disini tak ada yang tahu, keluarga, ataupun temannya.
Ia menutup rapat-rapat rahasianya, tak ingin dianggap seperti gadis gila yang seringkali ia baca dinovel maupun wattpad.
Dalam waktu 3 hari, dirinya akan mengikuti MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Dimana seluruh siswa siswi diharuskan mengikutinya tanpa terkecuali.
Dihari pertama MPLS, Amel menikmatinya mendapat beberapa teman yang tentunya sangat baik.
"Mel, istirahat nanti ke kantin ya." Ucap Diva Roberta Anjayani.
"Tapi nanti Anjay anter Amel dulu ke toilet ya?." Ucap Amel sembari tersenyum.
"Dih, cebol jangan panggil gue Anjay." Ucap Diva kesal.
Tak heran, Amel memang suka memanggil nama seseorang sesuka hatinya, tak peduli orang lain menanggapinya dengan kesal.
"Kan nama Diva emang Anjay." Kekeuh Amel dengan pendiriannya.
"Call me Diva." Ucap Diva dongkol.
Mereka baru saja saling kenal beberapa jam yang lalu namun sudah tampak sangat akrab seolah memang mereka adalah teman lama yang kembali bertemu setelah beberapa tahun.
Amel, merespon ucapan Diva dengan mengedikkan bahunya saja.
"Jadi adik-adik, kakak harap besok kalian membawa tanaman segar, kita akan menanamnya bersama, untuk nanti kegiatan selanjutnya akan dibimbing oleh kak Cassandralonso Robert."
Seluruh perempuan berteriak histeris, bagaimana tidak? Cassandralonso atau yang kerap kali dipanggil Andra memiliki paras yang rupawan, tubuh yang ideal tak lupa IQ yang tinggi dan termasuk dalam kategori Most Wanted SMA Berlian.
Tak lama, bel tanda istirahat telah berbunyi, seluru penghuni berdesakan keluar aula kecuali Amel dan Diva.
"Anjay, Amel kebelet ni." Ringis Amel menahan panggilan alamnya.
"Ih, tunggu sepi dulu lah cebol, emang lo mau kena injek mereka? Lo kan kecil, pendek, idup pula." Ucap Diva sesuka hati.
Amel mengerlingkan mata tanda bahwa dirinya jengah dengan Diva yang mengoloknya.
Tak lama, aula sudah mulai sepi, Amel dan Diva segera menuju toilet perempuan.
Saat diambang pintu toilet, langkah Amel terhenti.
"Kenapa Mel?." Tanya Diva dengan raut bingungnya, bukankah tadi Amel sangat terburu hingga menabrak beberapa siswa yang berlawanan arah denganya.
Amel tetap berdiri dengan tubuh sedikit kaku.
"Woiii." Teriak Diva agar Amel kembali pada alam sadarnya.
"Eh? Apa?." Gugup Amel.
"Lo kenapa gak masuk? Tadi keburu-buru, sekarang malah diem aja?" Ucap Diva kesal.
"Oh, eh,, em gajadi deh." Ucap Amel sembari menggaruk, tengkuknya yang tidak gatal.
"Lah, nih cebol.Aneh." Ucap Diva dengan menggelengkan kepalanya.
Entah mengapa saat melihat sosok yang merangkak di langit-langit kamar mandi dengan kepala yang dapat memutar hingga 360 derjad, membuat Amel tak merasakan panggilan alamnya lagi.
Mereka memutuskan untuk pergi ke kantin menuju salah satu meja kosong ditengah.
"Mau makan apa? Biar gue yang pesenin" Ucap Diva pada Amel.
"Em, Amel mau mie ayam aja sama es teh." Ucap Amel pada Diva.
Amel duduk manis pada tempatnya, melihat sekeliling yang padat akan siswa siswi. Diantarnya ia melihat gadis berambut panjang dengan warna pirang, kulitnya pucat pasi, gadis itu tersenyum pada Amel, lalu menghilang bersama dengan datangnya Diva.
Amel tahu, dia hantu bukan manusia!
Amel dan Diva memakan makananya dengan sesekali beradu pendapat mengenai nama belakang Diva.
Seseorang datang menghampiri meja mereka berdua, um- lebih tepatnya menghampiri Diva.
"Div, entar pulang bareng, mobil gue bocor." Ucap lelaki itu.
"Lah, apa-apaan, ogah gue bareng lo". Sungut Diva pada lelaki didepannya.
Amel yang mendengar ucapan kurang sopan dari Diva menggerutu kesal.
"Njay, kata mama ga boleh ngomong nyolot ke orang yang lebih tua". Peringat Amel sembari menyikut lengan Diva.
"Ealah, lo belom tau siapa gue dan siapa dia?" Ucap Diva dengan ogah-ogahan.
Amel menggeleng pelan.
"Dia abang gue..." Bisik Diva yang membuat Amel terkejut. Ternyata kakak kelas yang sangat dikagumi seantero sekolah adalah kakak kandung dari temannya sendiri.
"Jangan bilang siapa-siapa ya, Cuma lo yang tahu. Lagian masa lo gak heran sih marga kita sama, Cuma embel-embelnya aja yang beda." Ucap Diva.
Amel hanya mengangguk mengerti.
"Ehem." Lelaki tersebut, berdehem untuk mengingatkan pada mereka, disini masi ada dirinya.
"Eh, lo masih disini? Yaudah sih, tapi nanti lo yang nyetir." Ucap Diva pasrah.
"Eh nama lo siapa?" Tanya Andra pada gadis yang berada disebelah Diva dan mengacuhkan ucapan saudara kandungnya itu.
Ya lelaki tersebut adalah Cassandralonso.
"Nama aku Caramel Deandra Agneta, panggil aja Amel." Ucap Amel lembut, bukan untuk sok terlihat manis, tapi dirinya hanya berusaha bersikap sopan pada kakak kelas sekaligus saudara kandung dari temannya itu.
Andra hanya membalas dengan kata 'Oh'.
Saat Andra berpamitan dan melangkah keluar, Amel sempat melihat punggung lelaki tersebut.
Oh! Bukan punggungnya, melainkan sosok yang baru disadari Amel tengah 'menempel' pada Andra.
Amel tak memperdulikan hal tersebut, ia rasa mungkin sosok itu hanya mengikuti Andra tanpa tujuan yang jelas.
Memang selama ini Amel selalu bersikap bodo amat dengan sosok yang ada di sekitarnya, ia sangat enggan berkomunikasi dengan mereka, bahkan membantu arwah gentayangan saja dirinya tak pernah, bukan sombong, dirinya hanya tidak ingin terlibat dalam masalah pribadi mereka.
Dari sekian banyak arwah yang ditemuinya, Amel hanya mengharapkan sosok kehadiran Bryan. Ya, hanya Bryan.
Ngomong-ngomong soal Bryan, Amel sangat merindukannya, walaupun mereka sempat bertemu hanya sekali, namun Amel yakin, bahwa Bryan sangatlah baik.
-
-
-
-
Ok! aku butuh kritik dan saran kalian.
Jangan lupa pencet bintangnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKNESS
Horror'Mereka' ada... 'Mereka' nyata... 'Mereka' dimana-mana... Aku takut, disaat aku melihat wujud asli mereka. Tapi aku mampu sedikit menyembunyikannya. Aku takut, mereka akan menyakitiku, keluarga dan teman-temanku. 'Mereka' mengikutiku, mengintaiku. B...