10. TEROR??

341 35 19
                                    


Hari terus berjalan, waktu terus berputar, semakin hari semakin sering Amel mendapat sebuah teror, begitu pula dengan Andra yang semakin hari semakin merasa sering kesakitan terutama dibagian pundak, tak lupa dengan Diva yang juga sering mendapati hal berbau mistis disekitarnya.

Gadis itu tampak bingung, gelisah dan khawatir. Ia memegang erat ponselnya, sesekali mendial nomor seseorang yang sekarang ini sangat ia butuhkan.

"Duh Mel, kenapa hp lo gak aktif sih." Gerutu Diva yang sedari tadi merasa sangat cemas.

Yah gadis itu adalah Diva. Kini Diva sangat membutuhkan Amel sesegera mungkin.

Sekali lagi dengan penuh harapan Diva kembali mendial nomor Amel hingga beberapa detik kemudian terdengar suara diseberang telefon.

"Ada apa Njay?" Tanya Amel kepada Diva, ini sudah tengah malam bahkan waktu tengah menunjukkan pukul 11 malam.

"Gawat Mel, gawat ini mah, bantuin gue! Lo sekarang kesini gue mohon, gue bakal jelasin setelah lo sampai sini, supir gue bakal jemput lo ok." Diva berbicara dengan terburu.

Amel hanya bisa pasrah, mungkin ini emang keadaan darurat yang mengharuskan dirinya ikut campur.

Ah iya! Mungkin ini ada sangkut pautnya dengan sosok itu.

"Iya, Amel mau siap-siap dulu." Ucap Amel dan kemudian mematikan telefon secara sepihak.

Amel mengganti pakaiannya dengan sweater warna hitam bertuliskan INDIGO, rambut yang ia cepol sembarang dan tak lupa slingbag mininya.

Amel rasa sudah cukup, udara dingin akan terhalang oleh sweater tebal miliknya.

Supir suruhan dari Diva kini tengah mengantar Amel, sedari tadi Amel bergelayut indah dengan berbagai kemungkinan yang sebenarnya terjadi, Oh jangan lupakan Bryan yang sekarang juga tengah ikut duduk disamping Amel.

Amel juga sudah tau siapa yang selalu menjadi tameng, itu Bryan.

Ditengah perjalanan menuju kediaman Diva, tiba-tiba saja sang sopir merasa ada kejanggalan, begitu pula dengan Amel.

"Pak kenapa?" Tanya Amel yang melihat gelagat aneh dari si supir.

"Non, saya ngerasa kayak ada yang buntutin kita dari belakang." Ucap sang sopir yang kini manambah laju kendaraannya.

Amel menengok kebelakang, yah dia melihat sosok setan ibu paruh baya dengan tatapan kosong yang mengarah pada Amel.

Amel mengernyit, tidak mengerti arti tatapan dan raut wajah itu.

Cittttt!!!!

Mobil yang ditumpangi Amel berhenti secara mendadak sehingga menimbulkan suara decitan dari ban.

Amel mengusap keningnya yang terasa nyeri karena terbentur kursi kemudi.

"Caca ga papa?" Tanya Bryian yang mulai khawatir. Amel menjawab dengan anggukan serta senyumannya.

"Maaf non, bapak gak sengaja." Ucap sang sopir dengan wajah khawatir.

"Iya ga papa kok pak, lagian kenapa berhenti mendadak sih." Tanya Amel.

"Tadi kayak ada yang nyebrang non, tapi sekarang malah gaada." Ujar Pak sopir yang kini melanjutkan perjalananya.

Amel tengah melihat jalanan Ibu kota yang ramai dan tak se sepi jalanan komplek yang tadi sempat dilewati Amel.

Ini lah Jakarta, tampak sangat indah dimalam hari.

Sorot lampu kendaraaan, kermelap lampu gedung percakar langit, suara kendaraan dan susana macet yang lebih mendominasi keadaan sekitar.

DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang