8. He's Back

328 48 6
                                        


'Mereka' memang nyata aku tahu itu.

Tanpa kalian sadari, 'mereka' yang aku maksud ada di samping kalian.

-Amel



Diva merasa bingung dengan Amel yang sedari tadi terlihat lemas dan lesu setelah pergi ketoilet, wajahnya tampak sedikit pucat. Apa mungkin sekarang Amel sedang sakit?

"Ish, Mel lo kenapa sih?" Tanya Diva ntah untuk yang keberapa kalinya. Untung kini guru sedang mengadakan rapatan sehingga kelas mereka mendapatkan jatah jamkos.

Lagi. Amel hanya menjawab dengan gelengan kepala.

Diva mulai geram dengan perubahan Amel, ia rasa ada sesuatu tidak beres yang telah terjadi.

Diva tersenyum tipis ketika mendapati ide bagaimana caranya untuk membuat Amel bercerita.

"Oh, jadi gini ya lo sekarang ga nganggep gue sahabat lo lagi." Ucap Diva mulai melancarkan aksinya.

Amel yang mendengar ucapan Diva langsung menoleh dengan kerutan didahinya.

Tuh kan Diva sekarang menggunakan jurus andalannya, apa boleh buat Amel harus bercerita karena cepat atau lambat Diva pun akan tahu.

"Njay, Amel mulai gak tenang deh." Ucap Amel sembari menerawang kejadian yang tengah ia alami di toilet.

Diva tampak antusias mendengarkan cerita Amel.

"Kenapa? Lo bisa cerita kok ke gue Mel."

"Jadi, tadi pas Amel ke toilet.."

Flashback on

Gadis itu melangkah dengan tergesa menuju toilet, panggilan alam lah yang menjadi alasan utama untuk segera bergegas menuju ruangan tersebut.

Seluruh bilik didalam toilet terisi, namun Amel menemukan salah satu bilik yang kosong, tempatnya berada di pojok ruangan, firasatnya buruk mengenai keputusan memasuki bilik tersebut. Namun, apa boleh buat dia harus segera melakukan panggilan alamnya daripada mengompol disini bukan?.

Setelah memasuki dan melakukan panggilan alam, Amel hendak keluar dari bilik tersebut, namun apa yang terjadi? Pintu bilik tersebut sepertinya terkunci dari luar.

Firasat buruk mulai berkelebat indah di fikirannya, Amel menarik nafas dan mulai mensugesti dirinya.

"Ok, ini cuma pintu rusak Amel bakal baik-baik aja."

Namun tak ayal, seberapa seringpun dirinya mensugesti kejadian buruk itu akan tetap menimpanya.

Lampu kamar mandi mulai berkedip tak seirama, Amel mulai tampak panik ia menggedor bintu bilik tersebut dengan sekuat tenaga.

"Halo, bisa bukain pintu ini gak? Kayaknya kekunci dari luar deh."

Hening, tak ada seorangpun yang menjawab permintaan Amel.

"Hei, siapapun itu, tolongin Amel dong."

Keringat dingin Amel semakin deras, ketika ada banyak darah yang mengalir tiba-tiba dari saluran air ditoilet.

Amel paham betul, ada sosok yang tengah mengerjainya, Amel melihat sekeliling bilik namun tak menemukan sosok tersebut.

Amel mulai bersuara kembali, "Help me please."

"To-long." Ucap Amel terbata karena melihat sosok yang bergelatung terbalik dengan kepala berada dibawah dan kaki yang berada mengijak langit-langit toilet, rambut panjang yang tergerai indah namun menambah kesan menyeramkan.

DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang