14. Salam Sang Gadis

191 12 0
                                        


Amel kini pulang menuju rumahnya, Bi Sarah telah kembali bekerja setelah pulang kampung beberapa hari, rencananya nanti malam Diva akan tidur dirumah Amel hanya untuk sekedar melanjutkan misi mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam dan Diva baru saja menginjakkan kakinya dikamar Amel.

"So, kita mulai dari mana lagi?" Tanya Diva yang langsung mendudukkan dirinya di sofa yang terdapat di kamar Amel.

"Gimana kalo mecahin clue yang sempet tertunda itu, kita harus sesegera mungkin nemuin kak Andra." Ujar Amel yang mendapat anggukan setuju dari Diva.

"Eh tunggu dulu, kak Bryan sama Keyla ada disini kan?" Tanya Diva pada Amel.

"Sayangnya Amel gak ketemu mereka hari ini, Amel juga enggak tau mereka kemana." Ujar Amel dengan lesu.

"Lo yang sabar ya, pasti ada hal penting yang harus mereka berdua urus." Ujar Diva sembari memeluk Amel, Diva tahu seberapa dekat Amel dengan sosok Bryan sebagai kakaknya.

"Jadi kita lanjut diskusi Ok!" Ucap Diva yang mendapat anggukan dari Amel.

"Eh iya Div, Amel kelupaan sesuatu deh kayaknya." Ujar Amel merasa bingung dengan sesuatu yang ia maksud.

"Apaan, cepet bilang." Ujar Diva mendesak.

"Bentar, Amel inget-inget dulu."

Butuh beberapa menit untuk Amel mengingat-ingat, hingga pikirannya jatuh pada suatu kejadian kemarin.

"Ah ya! Amel inget Div."

"Diva inget ga sih, yang kemarin Amel ceritain kalo Amel ketemu sosok perempuan? Yang dirumahnya Aneth itu."

"Oh iya emang kenapa?"

"Dia sempet bilang ke Amel suruh nyampaiin salamnya ke Mamanya kalo dia sangat menyayangi si Mama, trus diakhir kata dia bilang Permata Jiwa, nah ini tuh termasuk amanah buat Amel, Diva mau ga sih bantu Amel cari tau apa itu Permata Jiwa." Jelas Amel.

"Um jadi gitu, gue keknya pernah denger deh Permata Jiwa, yang jelas itu bukan nama orang, tapi nama tempat, coba cek google deh."

"Ok, Amel cek dulu." Amel segera meraih dan menghidupkan ponselnya, ia lalu membuka aplikasi Google dan segera mengetikkan 'Permata Jiwa' tak lama ponsel menampilkan salah satu tempat bernamakan Permata Jiwa.

"What?? Jadi Permata Jiwa itu Rumah Sakit Jiwa." Kaget Diva saat mengetahui hasil penelusuran Amel.

"Trus maksudnya apa dong." Tanya Amel pada diri sendiri dengan lirih.

"Mungkin si arwah nyuruh lo kesana kali?"

"Ah, bisa jadi, mungkin dia nyuruh Amel kesana buat cari mamanya trus nyampein salamnya, itu berarti mamanya..."

"Gangguan jiwa." Lanjut Amel dan Diva secara bersamaan.

Kayaknya misi yang ini gak makan waktu sampe sehari, gimana kalo sekarang kita kesana aja, gue kan bawa mobil." Usul Diva kemudian.

"Tapi ini udah jam setengah 9, Diva sayang, tau kan kalo yang namanya Rumah Sakit itu pasti serem, Diva mah enak gak bisa liat mereka, sementara Amel? Amel bisa liat mereka dimana-mana." Uja Amel dengan sedikit nada yang menyorotkan rasa ketakutan.

"Semakin cepat maka semakin baik Amel." Diva mencoba untuk meyakinkan, sejujurnya Diva pun merasa takut akan kehadiran mereka yang tak kasat mata.

"Fine, kita kesana." Putus Amel pada akhirnya.

Malam semakin menggelap, ternyata tempat yang akan mereka tuju cukup memakan banyak waktu, sudah satu jam lamanya mereka menyusuri jalan raya, hingga kini mereka sampai pada tujuan dengan harapan bahwa misi yang satu ini cepat berakhir dan selesai dengan lancar tanpa adanya gangguan sedikitpun, walau nyatanya setiap mereka melakukan misi selalu terdapat rintangan, baik rintangan kecil maupun rintangan yang besar.

DARKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang